Adapun film Perburuan yang disutradari Richard Oh, tampaknya kalah kelas dari Hanung Bramantyo. Memang kedua film itu sebetulnya tidak untuk diperbandingkan. Tapi bila calon penonton berniat untuk menonton salah satu dari dua film itu, tentu mau tak mau harus memilih yang diduga akan lebih menghibur.
Harus diakui bahwa kegiatan promosi sebelum film ditayangkan, Bumi Manusia jauh lebih bergema ketimbang Perburuan. Dan ketika masa putar baru memasuki hari ke empat, di beberapa bioskop yang sebelumnya menayangkan Perburuan, sudah tidak lagi memutar, karena diduga tidak lagi diburu penonton.
Menonton Perburuan dengan durasi sekitar 90 menit terasa melelahkan terutama selama separuh awal yang terlalu banyak dialog panjang. Sedangkan 180 menit masa putar Bumi Manusia tetap membuat penonton terpaku di kursi.
Tapi nilai yang terkandung pada Perburuan tak kalah hebat, demikian juga ending yang menegangkan. Pada Bumi Manusia, Ontosoroh kalah secara terhormat.Â
Sedangkan pada Perburuan, Hardo yang diburu tentara Jepang, akhirnya menang, karena saat tertangkap, masyarakat sudah kompak berani melawan Jepang. Soalnya masyarakat sudah tahu kalau di Jakarta Bung Karno dan Bung Hatta telah memproklamirkan kemerdekaan Indonesia.
Justru teman Hardo yang setia menjadi tentara bentukan Jepang, posisinya terbalik menjadi pesakitan karena dinilai sebagai pengkhianat bangsa.
Kesimpulannya, sebaiknya memang tonton kedua film tersebut. Masing-nasing punya kelebihan tersendiri.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H