Akibatnya Zakir diinterogasi pihak kepolisian Malaysia dengan tuduhan menghasut kebencian rasial yang sangat sensitif di negara multi etnis itu. Empat orang menteri mendesak agar Zakir Naik dideportasi.
Makanya isu akan diusirnya Zakir sangat kuat berhembus pada bulan lalu. Tapi sesuai pemberitaan Tempo di atas, desakan tersebut justru kandas di tangan Perdana Menteri Mahathir Mohamad.
Bahkan seorang Anwar Ibrahim yang disebut-sebut akan menjadi pengganti Mahathir, juga sudah berubah pikiran. Awalnya Anwar ikut mendesak agar Zakir minta maaf kepada Mahathir, sekarang sikapnya melunak.
Alhasil hukuman bagi Zakir Naik hanya larangan berceramah di depan publik saja. Itupun diduga tidak berlaku secara permanen.Â
Semua itu sangat mungkin karena Zakir Naik memang banyak pendukungnya dari kalangan etnis Melayu yang merupakan 60 persen dari jumlah penduduk Malaysia. Tentu itu jumlah yang sangat signifikan dalam konteks politik sebagai pendulang suara pada pemilu.Â
Tapi kalau memang pertimbangannya karena faktor politik, rasanya cukup disayangkan. Apa yang oleh pengamat politik disebut sebagai politik identitas dan nyaris membuat bangsa Indonesia terbelah, tampaknya jadi "penyakit" pula di Malaysia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H