Mohon tunggu...
Irwan Rinaldi Sikumbang
Irwan Rinaldi Sikumbang Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

menulis untuk menikmati kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Kompensasi Kerugian Listrik Mati, Buah Simalakama yang Mengorbankan Semua Pihak

7 Agustus 2019   15:26 Diperbarui: 7 Agustus 2019   16:28 171
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Atau karena kerugiannya demikian besar, ya sudahlah, yang paling praktis memang ditanggung ramai-ramai saja, sekaligus sebagai pertanda kekompakan. Tapi kalau sama rata sama rasa itu bukan merit system namanya.

Maka sebaiknya PLN tidak buru-buru memotong gaji semua karyawannya. Sekiranya betul mekanisne pembayaran kompensasi adalah melalui potongan tagihan listrik kepada semua pelanggan yang terkena musibah, biarkan dulu jumlah penerimaan PLN berkurang. 

Nanti setelah selesai dilakukan audit yang menyeluruh dan jelas di mana sumber kesalahannya, baru ditetapkan siapa saja yang akan menomboki kekurangan penerimaan karena pembayaran kompensasi tersebut. 

Untuk meringankan pejabat dan karyawan yang bersalah, pemotongan gajinya tidak dilakukan sekaligus, tapi dapat dicicil setiap bulan selama beberapa tahun.

Logikanya pejabat yang lebih tinggi posisinya, lebih besar pula tanggung jawabnya, dan otomatis lebih besar juga potongan gaji atas kelalaiannya. Meskipun yang lalai itu mungkin anak buahnya di level bawah, tapi itu suatu bukti bahwa proses pengawasan dari atasan tidak berjalan dengan baik.

Begitulah ternyata drama mati lampu masih menyisakan kisah sedih. Setelah jutaan konsumen yang kecewa berat, kini giliran puluhan ribu karyawan PLN yang bermuram durja. Semoga semangat kerja mereka tetap tidak berkurang agar musibah serupa tidak terulang lagi.

Jadi lengkap sudah, semua pihak menjadi korban. Konsumen baik berupa rumah tangga, pemerintah ataupun perusahaan swasta, dan juga orang dalam PLN telah berkorban dengan cara masing-masing.

Kompensasi kerugian kalaupun nanti diterima oleh konsumen, hanya berupa pelipur lara. Pada hakikatnya, kehilangan kesempatan karena waktu yang terbuang percuma, tak ternilai harganya dan tak bisa kembali lagi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun