Padang Panjang adalah kota yang relatif kecil terletak di antara kota Bukittinggi dan Padang. Kota ini dijuluki Serambi Mekah karena punya beberapa pesantren, yang paling terkenal dan bersejarah adalah Pesantren Diniyah Putri.
Padang Panjang juga disebut sebagai Kota Hujan karena dibandingkan dengan kota-kota lain di Sumbar, kota ini paling sering disiram air hujan.Â
Ketinggian kota ini sekitar seribu meter di atas permukaan laut dan kota paling dingin di Sumbar. Jangan heran bila di sini banyak orang yang memakai jaket, dan malam hari kota menjadi sepi. Padang Panjang lebih tinggi dan lebih dingin dari Bukittinggi.
Alamnya indah karena berbukit dan berbunga. Bahkan masih punya hutan rindang, bukan hutan kota yang dibangun Dinas Pertamanan setempat, tapi hutan alam di batas kota arah ke Padang.
Justru di jalan raya yang membelah hutan tersebut rawan kecelakaan karena jalannya berupa tanjakan tajam dan sekaligus menikung. Di sisi jalan ada bukit berbatu cadas sedang di sisi lainnya adalah jurang. Banyak pula monyet yang bermain di pinggir jalan.
Kawasan yang ada monyetnya itu bernama Silaing. Dari arah Padang posisinya menanjak dan sering macet bila ada truk yang naik ngos-ngosan padahal di belakang banyak kendaraan pribadi yang tidak bisa menyalip truk.
Dari arah Padang Panjang tentu posisinya menurun tajam sambil berbelok. Makanya bila tidak hati-hati bisa menghajar kendaraan dari arah sebaliknya yang oleh orang Minang disebut "laga kambing".
Rupanya julukan kota hujan atau kota dingin tidak menyurutkan minat para pengunjung untuk berenang. Tidak hanya anak-anak dan para remaja yang melakukannya tapi juga orang tua yang mengantarkan anak.
Lokasi kolam tersebut sangat terbuka. Para pengendara atau penumpang kendaraan umum yang melewatinya akan melihat dengan jelas karena terletak di pinggir jalan. Hanya posisinya lebih rendah dari jalan.
Maraknya bisnis kolam pemandian itu sangat terlihat sejak beberapa tahun terakhir ini. Awalnya hanya ada satu kolam. Lalu kesuksesan kolam pertama itu membuat munculnya kolam-kolam berikutnya.Â
Sayangnya tidak ada beda satu kolam dengan lainnya, termasuk sarana pendukung dan warung makan yang ada di dekat kolam. Sehingga untuk menjaring pengunjung tampaknya belum ada strategi khusus. Kalau satu kolam terlihat ramai dan tempat parkir sudah penuh, otomatis akan mengisi kolam berikutnya.
Namun bagi yang enggan berenang pun tidak ada salahnya berkunjung ke kawasan sekitar pemandian ini. Mata pengunjung akan dimanjakan dengan pemandangan yang indah.Â
Ada pula jembatan kereta api yang membelah hutan alam tersebut yang menawan untuk dijadikan latar belakang pengambilan foto.
Sate Mak Syukur dan Sate Saiyo adalah sate legendaris yang sering disinggahi public figure bila datang ke Sumbar, termasuk dulu dilakukan oleh Presiden SBY.
Pengunjung warung bika bisa melihat proses pembuatan kuenya yang dimasak di atas tungku dan menggunakan kayu bakar. Sekarang di samping bika dengan rasa orisinil, juga tersedia bika dengan aneka rasa.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H