Seperti yang saya tulis di sini, saya punya rencana suatu hari nanti akan menjajal Nasi Kapau di nagari Kapau itu sendiri. Nagari adalah sebutan buat desa di Sumatera Barat. Nagari Kapau terletak di Kecamatan Tilatang Kamang, Kabupaten Agam, belasan kilometer dari kota Bukittinggi.
Alhamdulillah akhirnya kesempatan itu datang juga pada hari Minggu 4 Agustus 2019 yang lalu. Bersama istri dan dua anak lelaki kami, sebelum terbang ke Jakarta sore hari, kami sengaja ke Kapau.
Buat yang belum tahu, Nasi Kapau meskipun masih termasuk keluarga Nasi Padang, namun punya kekhususan baik dari sisi bumbu dan rasa masakannya maupun cara penyajiannya di rumah makan.
Nasi Kapau punya sayur kol yang jarang ada pada Nasi Padang. Sayur lain adalah nangka dan kacang panjang. Tapi menu favorit Nasi Kapau biasanya adalah gulai tunjang atau dinamakan kikil di Jawa.
Rata-rata penjual Nasi Kapau yang masih tinggal di kampung, berdagang di warung tenda di Bukittinggi. Namun tak sedikit yang merantau dan membuka kedai Nasi Kapau di Padang, Pekanbaru, Medan, Jambi, Jakarta, dan berbagai kota lain di Indonesia.
Waktu saya berkunjung ke sana, sebelum memilih warung makan mana yang akan saya singgahi, saya sengaja melewati dari gerbang masuk nagari itu sampai ketemu batas desa.Â
Saya hitung, ada sebanyak tujuh warung Nasi Kapau yang terdapat di pinggir jalan. Semua tampilannya sederhana, sehingga saya akhirnya memilih warung yang paling ramai. Ini indikasi bahwa masakannya enak.
Namun karena saya pernah mencoba Nasi Kapau di Jalan Kramat Jakarta, yang di Pasar Atas Bukittinggi, dan yang di Pasar Payakumbuh, menurut saya rasa yang di Nagari Kapau masih kalah dengan yang pernah saya coba.
Tampaknya para master masakan Nasi Kapau masih belum tertarik membuka warung makan di kampung halamannya. Sehingga yang membuka mungkin yang belum berpengalaman.
Namun saya tetap puas. Paling tidak rasa penasaran saya sudah terjawab. Pada foto-foto yang saya kirim di grup media sosial yang saya ikuti, sengaja saya tulis hal yang membanggakan.
Infrastruktur jalan raya yang sempit belum memadai kalau nanti banyak dilewati bus pariwisata. Warung makan yang sekarang ada tidak punya tempat parkir yang memadai.
Alangkah baiknya bila muncul investor yang berani membuat rumah makan yang representatif. Kalau bisa investornya orang asal Kapau sendiri agar diterima baik oleh masyarakat setempat.
Itulah yang saya lihat kenapa Nagari Dangung-dangung di utara Payakumbuh sukses menjadi kampung sate. Jalan rayanya lebar, dan punya sekitar sepuluh warung Sate Dangung-dangung dengan tampilan tak kalah dengan restoran di kota besar.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H