Pembangunan masjid terapung dan masjid yang terletak di bibir pantai, seolah menjadi trend di berbagai kota di Indonesia, tentu saja di kota-kota yang punya pantai.Â
Masjid Amirul Mukminin yang terapung di Kawasan Wisata Pantai Losari, Makassar, disebut-sebut sebagai masjid terapung yang pertama di Indonesia yang berdiri tahun 2009.
Bahkan sekarang Makassar punya masjid kedua yang berada di pinggir laut yang sama, dirancang secara unik oleh Ridwan Kamil, Gubernur Jawa Barat saat ini. Masjid ini punya 99 kubah makanya disebut sebagai Masjid 99 Kubah.
Sebetulnya masjid terapung atau yang dari jauh kelihatan seperti terapung yang lebih besar dan megah terdapat di Ternate. Masjid yang bernama Al Munawar ini malah dibangun jauh sebelum yang di Makassar, yakni tahun 2003, hanya penyelesaiannya baru pada tahun 2010.
Biasanya setelah selesai semua proses ibadah haji, sebelum pulang ke Indonesia, banyak jamaah yang menyempatkan diri berekreasi ke masjid terapung di Jeddah sekalian membeli oleh-oleh di kota yang memang lebih bernuansa kota bisnis itu.
Atau bagi yang pernah berwisata ke Malaka, Malaysia, di sinipun ada masjid terapung yang cantik. Bisa jadi karena masjid serupa di luar negeri mampu menjadi daya tarik bagi wistawan, menginspirasi banyak kepala daerah atau pihak swasta untuk membangun masjid terapung.Â
Maka pepatah sambil menyelam minum air pun berlaku di sini. Sambil beribadah sekalian hasrat berfoto selfi dan meng-up date status juga terlaksana. Bisa pula mereka yang jarang salat jadi ikut salat karena tergoda dengan kecantikan masjid.
Jangan heran kalau masjid terapung di Makassar dipenuhi pengunjung di hari libur. Tampaknya hal ini kurang diantisipasi saat merancang masjid karena ukurannya relatif kecil. Mungkin karena itu perlu dibangun lagi masjid kedua di Pantai Losari.
Jangan pula abaikan dampak ekonominya. Paling tidak para pedagang makanan dan minuman di kawasan wisata tersebut tentu kecipratan dari pengunjung yang kelaparan dan kehausan.
Hanya saja, seperti dilansir kompas.com (19/7/2019), masjid yang dibangun sejak 2017 dan rencananya akan diresmikan akhir tahun ini, terancam terkena abrasi.
Masjid yang digadang-gadang akan menjadi ikon wisata halal kota Padang itu, pagarnya tergerus air laut. Maka agar masjid yang telah menelan dana sekitar Rp 5 miliar dan masih dalam tahap penyelesaian itu bisa digunakan, harus dilindungi dengan pemasangan grip atau batu pemecah ombak.
Ada baiknya bagi kota-kota lain yang berniat membangun masjid di pinggir pantai, kajian dampak lingkungannya, termasuk kemungkinan terkena abrasi, betul-betul dikaji secara cermat oleh tenaga ahli yang memenuhi kualifikasi. Apalagi terhadap masjid dibangun di atas lahan hasil reklamasi, perlu perhitungan yang lebih jelimet dan komprehensif.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H