Berikutnya, untuk pejabat level atas yang sering juga menjadikan makan siang sebagai sarana melobi rekan bisnisnya, biasanya makan siang di komplek perkantoran, tapi memilih gerai yang menyediakan makanan yang lebih berkelas.Â
Makanan Jepang, China, Thailand dan Eropa, dengan pelayanan khusus di private room yang tak terlihat oleh pengunjung lain, menjadi pilihan bagi pejabat teras. Sering pula mereka makan di luar kantor diantar oleh supir pribadi ke hotel yang menyediakan makanan yang sesuai dengan seleranya.
Adapun untuk top management seperti Direksi, biasanya makan di kantor di ruang khusus untuk makan, dengan makanan yang disediakan oleh juru masak terpilih yang menunya setiap hari berganti sesuai permintaan Direksi.
Namun seandainya Direksi menjamu rekan bisnisnya, akan diatur oleh bagian protokoler di tempat yang representatif yang beberapa jam sebelumnya telah di-booking.
Terlepas dari pengelompokan seperti itu, tentu ada saja yang nyeleneh yang tak peduli soal kelas sosialnya. Contohnya tak sedikit pejabat tinggi yang suka makanan kelas kaki lima. Dasinya dicopot dan dibiarkannya keringat bercucuran karena kepanasan.Â
Sebaliknya tidak kurang pula karyawan biasa yang memaksakan diri makan di tempat yang mewah. Akibatnya, gajian masih seminggu lagi, uang sudah habis dan terpaksa meminjam uang teman atau meminjam di koperasi karyawan.
Toh soal makanan sebetulnya sangat demokratis, suka-sukanya seseorang saja.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H