Mohon tunggu...
Irwan Rinaldi Sikumbang
Irwan Rinaldi Sikumbang Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

menulis untuk menikmati kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Jangan Bangga Jadi Lulusan Akuntansi kalau Belum Bisa Hitung Aset Unicorn

10 September 2019   08:09 Diperbarui: 11 September 2019   18:56 1764
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Makanya soal etika profesi harus dipegang oleh para akuntan. Jangan terjadi seperti kasus di Garuda Indonesia, perusahaan yang merugi bisa "disulap" jadi laba dan celakanya disahkan oleh akuntan publiknya. Untung saja pihak-pihak yang berwenang meminta Garuda merevisi kembali laporan keuangannya.

Ketiga, nah ini yang sangat perlu diwaspadai, para akuntan harus selalu mengikuti perkembangan dunia usaha dan mencari solusi pada aspek akuntansinya. Sungguh saya sangat terperangah, ketika dalam sebuah tulisannya yang beredar di media sosial, Rhenald Kasali, seorang guru besar di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, menyebut bahwa sudah terlihat tanda-tanda the end of accounting.

Buktinya, kata Rhenald, para akuntan masih berdebat tentang bagaimana cara menilai aset perusahaan start up yang sekarang sudah berkembang demikian pesat dan tergolong unicorn. Gojek, Traveloka, Tokopedia, dan Bukalapak, adalah unicorn asal Indonesia yang sering diangkat sebagai topik bahasan oleh Presiden Jokowi dalam berbagai pidato beliau.

Para akuntan masih bingung, bagaimana bisa investor asing berani menyuntikkan modalnya sejumlah triliunan rupiah ke unicorn di atas. Masalahnya, secara akuntansi yang berlaku saat ini, aset perusahaan-perusahaan tersebut tidaklah luar biasa, karena perannya lebih banyak sebagai perantara.

Ambil contoh Gojek. Yang punya motor atau mobil bukan Gojeknya, jelas jutaan kendaraan yang beroperasi dengan aplikasinya, tidak bisa dihitung sebagai aset perusahaan. 

Ya, nilai aset unicorn secara fisik agaknya tidak luar biasa. Namun yang belum mampu dihitung oleh para akuntan adalah network effect value-nya. Puluhan juta, bahkan karena telah beroperasi juga di luar negeri, mungkin sudah ratusan juta pelanggan Gojek yang terhubung ke aplikasinya, itu yang menjadi asetnya yang sangat berharga. 

Betulkah akuntan sudah kehilangan akal sehingga profesi yang dulu dihormati ini terancam akan tidak bermanfaat lagi? Saya biarkan para mahasiswa melongo, karena jujur saya pun belum tahu jawabannya. Tapi saya tetap meminta mereka bersemangat dalam belajar. Ilmu apapun tak kan pernah sia-sia.

.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun