Susilo Bambang Yudhoyono pertama kali menjadi menteri pada era Presiden Abdurrahman Wahid, betul atau salah? Dua peserta yang maju ke babak terakhir memilih "salah". Padahal jawaban yang betul adalah "betul".
Itulah cuplikan pertanyaan pamungkas pada acara "Kuis Siapa Berani: Bhineka Tunggal Ika" yang ditayangkan TVRI pada prime time, jam 19.00 sampai 20.00 WIB, Rabu (10/7/2019). Acara yang boleh dibilang sebagai cerdas cermat versi baru ini muncul setiap malam.
Pertanyaan yang berkaitan dengan pemerintahan, politik, dan pengetahuan umum memang mendominasi di acara ini. Saya yang secara tak sengaja menontonnya teringat dengan acara cerdas cermat di era ketika TVRI masih menjadi the one and only yang bisa ditonton masyarakat.
Coba simak pertanyaan multiple choice berikut: Tokoh yang bukan sekjen partai politik peserta pemilu 2019, a) Ahmad Muzani, b) Ferdinand Hutahaen, c) Hasto Kristiyanto, d) Lodewijk F. Paulus. Peserta kuis tak ada yang bisa menjawab dengan benar.Â
Dalam hati saya menilai kemampuan pengetahuan umum remaja sekarang memang tidak sebagus generasi sebelumnya. Kebetulan saya pernah menjadi anggota tim penguji para management trainee yang akan diangkat menjadi staf di sebuah BUMN yang tergolong besar.
Pertanyaaan yang saya ajukan sering terkait dengan wawasan ke-Indonesia-an. Ini saya sengaja karena BUMN tempat saya bertugas punya kantor di semua kabupaten di negara kita.Â
Pengalaman saya tersebutlah yang membuat saya menyimpulkan relatif rendahnya pengetahuan umum anak sekarang. Indeks Prestasinya di bangku kuliah boleh saja di atas 3, tapi banyak yang tidak tahu berapa jumlah provinsi di Indonesia saat ini, apa ibu kota Provinsi Sulawesi Barat, provinsi apa yang termuda, dan pertanyaan lain sejenis itu.
Bahkan perkalian sederhana ada juga yang tak mampu menjawab secara spontan. Mungkin karena sudah sangat terbiasa menggunakan kalkulator.
Tapi saya harus mengakui wawasan global anak sekarang lebih oke. Yang jelas bahasa Inggris mereka lebih bagus ketimbang angkatan saya waktu baru lulus kuliah dulu. Mereka banyak tahu nama pemain bola asing, bintang film asing, penyanyi dan lagu-lagu asing.
Keunggulan lainnya yang melekat dengan anak sekarang adalah penguasaan di bidang penggunaan teknologi. Ironisnya, dengan kecanggihan mereka dalam mencari informasi, pengetahuan umumnya seharusnya meningkat. Masalahnya dalam menjawab kuis harus dilakukan secara spontan, tak boleh pakai aplikasi pencari data.
Kenapa saya sebut spekulatif? Karena harus bersaing dengan acara dari belasan stasiun televisi nasional lain, atau bagi yang berlangganan televisi berbayar, lebih banyak lagi saingannya, termasuk tayangan televisi asing.
Saya sendiri secara tak sengaja menemukan acara kuis tersebut dan ternyata setelah saya lacak di berita daring, kuis ini telah berlangsung sejak sekitar setahun yang lalu.Â
TVRI merupakan lembaga penyiaran publik yang tidak bertujuan mencari keuntungan finansial seperti stasiun televisi swasta. Jadi wajar rasanya memasang acara kuis edukatif tersebut meski tidak mendatangkan iklan dari para sponsor.
Namun tetap sayang juga bila acara yang sangat bermanfaat tersebut tidak ditonton, bahkan tidak dikenal oleh para remaja dan anak muda yang menjadi sasaran acara ini. Sehingga tujuan mulianya untuk menanamkan nilai kebangsaan dan kebhinekaan, mungkin kurang tercapai.
Perlu upaya yang gencar dari pihak TVRI untuk mempromosikan acara dimaksud. Kerja sama dengan Kementerian Pendidikan dengan melakukan road show ke berbagai sekolah dan membuat kompetisi berjenjang sehingga melahirkan sekolah yang menjuarai cerdas cermat tingkat nasional, menjadi strategi yang pantas dicoba.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H