Menurut saya, untuk makanan seperti soto, sate atau gado-gado yang disediakan di restoran tersebut tidak terlalu istimewa, ada tempat lain di Padang yang lebih enak. Tapi untuk es duriannya, memang di kawasan pecinan itu yang paling maknyus.
Meskipun di kawasan pecinan, saudara-saudara kita yang berdarah Tionghoa tersebut tidaklah banyak yang menjual chinese food seperti bakmi dan kwetiau, melainkan aneka makanan khas Padang. Termasuk yang membuka rumah makan di Jalan Pondok, bumbu masakan Padangnya nendang banget, seperti yang dulu pernah saya coba.
Pusat oleh-oleh makanan tradisional Padang, khususnya kripik balado, yang sekarang merajai adalah Christine Hakim, seorang wanita berdarah Tionghoa juga, kebetulan namanya sama dengan nama bintang film legendaris. Toko oleh-oleh Christine Hakim ini berdiri di kawasan pecinan, tapi sekarang membuka toko besar di jalan raya Padang-Bukittinggi tak jauh sebelum memasuki belokan ke Bandara Internasional Minangkabau.
Artinya, yang ingin saya angkat, betapa masyarakat berdarah Tionghoa di Padang pada khususnya dan di Sumbar pada umumnya (di kota Bukittinggi dan Payakumbuh juga punya kawasan pecinan yang dalam bahasa Minang disebut Kampuang Cino), telah membaur dengan baik dengan budaya masyarakat Minang, termasuk dalam bidang makanan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H