Sayangnya, terkait pencalonan tersebut tidak banyak terlacak di media massa seberapa besar peluang NU-Muhammadiyah. Untuk tahun ini usulan nama-nama penerima Nobel telah ditutup 31 Januari 2019 lalu.
Detik.com (18/2/2019) menginformasikan bahwa Yayasan Nobel telah menerima 304 pengusulan kandidat penerima Nobel Perdamaian yang terdiri 219 individu dan 85 organisasi. Tentu tidak gampang bagi NU-Muhammadiyah untuk terpilih oleh tim penilai.Â
Sejauh ini yang terungkap di media massa, calon kuat penerima Nobel Perdamaian adalah Greta Thunberg, seorang aktivis lingkungan dari Swedia yang masih berusia 16 tahun. Presiden Amerika Serikat Donald Trump juga dicalonkan berkat pertemuannya dengan Kim Jong Un, penguasa Korea Utara.
Namun tentu kita di Indonesia berdoa agar NU-Muhammadiyah berhasil mencetak sejarah baru apabila nantinya terpilih meraih penghargaan yang belum sekalipun pernah diterima orang atau organisasi asal Indonesia.
Memang tahun 1996 dulu Carlos Filipe Ximenes Belo yang saat itu tercatat sebagai Uskup di Timor Timur (masih bagian dari Republik Indonesia) menerima Nobel Perdamaian bersama Ramos Horta.Â
Namun penghargaan tersebut diberikan justru untuk penyelesaian konflik yang akhirnya membuat Timor Timur lepas dari pangkuan RI, menjadi negara Timor Leste.
Adapun orang Indonesia yang nyaris meraih Nobel di bidang kesusastraan adalah novelis Pramoedya Ananta Toer. Semoga tahun ini NU-Muhammadiyah tidak sekadar nyaris.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H