Mohon tunggu...
Irwan Rinaldi Sikumbang
Irwan Rinaldi Sikumbang Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

menulis untuk menikmati kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Silakan Pamer di Medsos, tapi Pertimbangkan Relevansinya dengan Pembaca

26 Juni 2019   08:00 Diperbarui: 26 Juni 2019   15:47 702
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Baru saja saya membaca kiriman seorang teman di media sosial, dalam hal ini Facebook. Kiriman tersebut berupa beberapa foto saat si teman dalam acara wisuda anaknya di Universitas Indonesia (UI), disertai tulisan berbunyi: "Selamat ya anakku, telah diwisuda sebagai sarjana..." (sengaja tidak saya kutip secara lengkap).

Kemudian saya lihat telah banyak komentar dari teman lain dengan memberikan ucapan selamat. Saya sendiri hanya memilih mengirimkan tanda jempol saja, sebagai bukti bahwa saya suka. 

Maksudnya saya suka bahwa teman saya berhasil mengantarkan anaknya menjadi sarjana dari sebuah universitas paling bergengsi di negeri ini. Tapi saya juga bertanya dalam hati, ucapan selamat pada anak sendiri, tentu telah dilakukan teman saya secara langsung, lalu kenapa diulang lagi lewat medsos?

Kalau tujuannya sebagai informasi buat rekan-rekan medsosnya, kenapa tidak langsung saja, misalnya dengan menuliskan: "Kepada rekan-rekan kami, dengan penuh rasa syukur kami sampaikan bahwa anak kami yang bernama .....telah diwisuda sebagai sarjana....di Universitas....".

Dengan kalimat seperti itu jelas maksudnya kenapa harus mengunggah foto-foto wisuda anaknya di medsos karena menjadi bukti, bukan ngarang-ngarang saja. Boleh juga ditambahi kalimat seperti ini: "Mohan doa dari rekan-rekan untuk kesuksesan anak kami di masa depan", agar semakin tegas apa yang diharapkan dari para pembaca di medsos tersebut.

Kalau hanya semcam kalimat "Selamat ya anakku......", sebetulnya tidak ada relevansi dengan teman-teman medsosnya. Makanya wajar bila ada yang menilai hal tersebut sebagai pamer terselubung, ingin memperlihatkan bahwa anaknya hebat (kalau anaknya hebat, siapa dulu bapaknya, tentu lebih hebat lagi). 

Akibatnya pembaca bingung, kalau gak memberi tanggapan takut dinilai iri hati. Maka biasanya cukup satu orang yang memulai memberi ucapan selamat dan doa, setelah itu akan banyak copy-paste dari ucapan tersebut atau dengan sedikit editan.

dok.tribunnews.com
dok.tribunnews.com
Fenomena membanjirnya pamer di medos memang sudah lagu lama. Saya tak hendak mempermasalahkannya. Itu kan hak masing-masing orang. Bahwa saya tak suka pamer, bukan berarti saya harus menyalahkan yang suka pamer. Salah sendiri kenapa gak mau pamer.

Yang ingin saya berikan sumbang saran (diterima boleh, gak diterima juga gak apa-apa), hanya terkait aspek redaksionalnya. Soalnya saya begitu sering membaca di medsos pujian secara pribadi dari orangtua terhadap anaknya. Misalnya begini: "Dewi, anak gadis mama, hari ini 17 tahun usiamu, mama bangga betapa cantiknya kamu". 

Contoh di atas bisa diperpanjang dengan ucapan selamat ke anaknya karena diterima di sekolah unggulan, diterima di pergururan tinggi ternama, diwisuda, menikah, punya momongan, dan seterusnya. Sesuatu yang pasti sudah diucapkan secara langsung kepada si anak bila masih tinggal bersama orangtuanya, atau setidaknya masih sering bertemu secara langsung.

Nah, bukankah gak jelas apa peran si pembaca dalam kalimat tersebut? Kenapa pembaca tak dilibatkan secara langsung dengan mengubahnya menjadi kalimat yang informatif kepada rekan-rekannya, yang bisa juga ditambah dengan permohonan doa restu? Silakan pamer di medsos, tapi pertimbangkan relevansinya dengan pembaca.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun