Enaknya jadi dokter sudah diketahui masyarakat banyak seperti mendapatkan status sosial yang tinggi, dinilai sebagai orang dengan kepintaran di atas rata-rata, dan berpotensi besar untuk hidup mapan. Yang jelas jarang terdengar dokter yang menganggur (meskipun tidak berstatus PNS), sementara sarjana dari disiplin ilmu lain relatif lama menganggur sebelum dapat pekerjaan.
Agar seimbang, saya sengaja menekankan "ketidakenakan" jadi dokter ke si ibu yang ngotot anaknya masuk FK itu tadi. Kuliah di FK lebih lama, itu sudah pasti, karena setelah selesai teori, ada praktik di rumah sakit.Â
Kemudian biaya kuliah juga lebih mahal, mental harus lebih kuat berhadapan dengan dokter senior yang membimbing, dan harus kuat fisik dan mental menghadapi pasien termasuk kalau kebagian piket tengah malam.
Selain itu, nantinya setelah jadi dokter, akan kekuarangan waktu untuk bersosialisasi, bahkan bercengkerama dengan keluarga sendiri pun juga terbatas, karena waktunya banyak habis untuk melayani pasien, apalagi bila berdinas di daerah terpencil.
Namun ketidakenakan tersebut terasa tidak berarti bila si dokter bekerja sepenuh hati, berjiwa sosial, dan bukan semata-mata bertujuan mengeruk untung dari kondisi kesehatan para pasiennya.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H