Mohon tunggu...
Irwan Rinaldi Sikumbang
Irwan Rinaldi Sikumbang Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

menulis untuk menikmati kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Ramadan Pilihan

Juergen Klopp: Ada Banyak Hal yang Lebih Penting dari Sepak Bola

3 Juni 2019   18:17 Diperbarui: 3 Juni 2019   19:31 109
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tak ada rencana saya untuk menuliskan keberhasilan Liverpool dalam menggondol trofi Liga Champions setelah menghempaskan Tottenham Hotspur dengan skor 2-0, Minggu (2/6/2019) dinihari WIB di Stadion Wanda Metropolitano, Madrid. Namun ketika baru saja saya membaca kiriman seorang teman di grup WhatsApp yang saya ikuti, akhirnya saya tergelitik juga, tapi tidak menulis tentang pertandingannya.

Kiriman tersebut berupa sebuah foto yang memperlihatkan dua orang pemain kunci Liverpool, Sadio Mane dan Mohamed Salah, dan di bawahnya ada tulisan berupa kutipan kata-kata sang pelatih Jurgen Klopp: "Saya tidak punya masalah dengan pemain saya yang menjalankan ibadah puasa. Saya menghormati agama mereka, dan mereka selalu luar biasa baik saat mereka puasa maupun tidak. Ada hari-hari di mana Mane dan Salah terlambat datang ke ruang ganti karena mereka salat. Tidak apa-apa, ada banyak hal dalam hidup ini yang lebih penting dari sepak bola."

Sikap Jurgen Klopp di atas merupakan sesuatu yang amat bijak, mampu menempatkan nilai-nilai agama yang diyakini seseorang jauh lebih penting daripada pencapaian dalam karir profesionalnya. Artinya, sama sekali ibadah bukan menjadi faktor penghambat, malah menjadi suntikan semangat. 

Seperti diketahui, skuad Liverpool tahun ini dihuni oleh empat orang pemain beragama Islam, termasuk Mane dan Salah yang terkenal tekun beribadah di sela-sela kesibukannya sebagi pemain sepak bola.

Memang, sudah lama Eropa mempunyai sejumlah pemain sepak bola beragama Islam. Namun ada aura yang lebih positif sejak Mohamed Salah berkiprah di Inggris. Dulu, ada pemain legendaris seperti Zinedine Zidane, kemudian berlanjut dengan Mezut Ozil dan Paul Pogba. Ini hanya sekadar contoh, karena sebetulnya ada banyak sekali nama lain.

Namun kebanyakan pemain tersebut adalah kelahiran Eropa meski lahir dari orang tua yang berstatus imigran dari negara mayoritas muslim. Artinya, dari kecil mereka sudah membaur dengan budaya Eropa. Inilah yang berbeda dari seorang Mohamed Salah yang lahir dan dibesarkan di Mesir dengan pengaruh Islam yang lebih kental.

Maka dengan aksi Mohamed Salah, baik di dalam maupun di luar lapangan, seakan-akan berkhutbah tanpa ceramah. Ia mampu menjadi representasi Islam yang berprestasi tanpa harus meninggalkan kewajibannya kepada Sang Pencipta. 

Hal ini sekaligus memberi pencerahan bagi masyarakat Eropa agar tidak memandang muslim dari contoh yang keliru seperti mereka yang terlibat aksi terorisme atau dari warga muslim yang meninggalkan nilai-nilai agama karena terpengaruh gemerlapnya dunia modern. 

Dengan sikap bijak sang pelatih dalam memahami pemainnya yang menomorsatukan ibadah, Jurgen Klopp akhirnya sukses mempersembahkan trofi Liga Champions.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun