Tentu saja faktor politik dalam negeri menjadi hal yang dipertimbangkan oleh para pemain saham dalam hal apakah ia akan membeli, menjual, atau menahan saham.Â
Tapi berdasarkan pemberitaan di banyak media, faktor utama yang membuat pasar saham kita jeblok adalah terjadinya eskalasi perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dan China. Kedua negara adidaya ini adalah mitra dagang utama Indonesia.
Kalau negara mitra tersebut terlibat perang dagang untuk waktu yang lama, maka Indonesia juga akan lama terkena getahnya. Dalam konteks perbankan, pemberian kredit terhadap perusahaan yang sangat tinggi keterkaitannya dengan ekspor atau impor ke China dan AS, akan bermasalah. Tentu pada gilirannya akan menekan kinerja bank. Selain itu bank juga tertekan dari pelemahan rupiah terhadap dolar AS.
Patut dicatat, para investor asing berperan cukup dominan dalam menggerakkan harga saham di BEI. Kalau mereka serentak melakukan aksi jual saham, maka "kebakaran" di BEI tak terhindarkan lagi.
Namun jika investor domestik semakin banyak, baik jumlah orangnya maupun jumlah dana yang ditanamnya, kita berharap pasar saham kita tidak akan terpuruk terlalu dalam.
Bagaimanapun juga, sebagai salah satu indikator yang menggambarkan perkembangan perekonomian, kita berharap pada minggu-minggu berikutnya BEI tidak lagi "kebakaran".
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H