Alangkah baiknya bila kita menyepakati, tanpa harus mengharamkan, semua yang mempunyai hak pilih seyogyanya menggunakan haknya dalam pesta demokrasi yang akan digelar tanggal 17 April 2019 mendatang. Artinya golput bukan hal yang dianjurkan, meski tidak dilarang.Â
Namun demikian, dengan asumsi bahwa tingkat partisipasi pemilih akan meningkat dibanding pemilu sebelumnya, berarti semakin banyak pula mereka yang berada di barisan paslon 01 dan juga di barisan paslon 02. Soalnya, dalam konteks pilpres hanya ada dua pilihan yang tersedia. Yang akan berkurang adalah barisan golput.
Memang begitulah yang kita harapkan, walaupun bisa berpotensi membuat kita menjadi terbelah. Itulah konsekuensinya karena kita bisa berbeda pendapat dalam menilai kelebihan dan kelemahan kedua paslon.Â
Barisan yang satu boleh-boleh saja mempengaruhi anggota barisan di seberang agar membelot ke barisannya. Mumpung masih ada waktu beberapa hari lagi untuk mempengaruhi sanak saudara, karib kerabat, tetangga ataupun teman kerja.
Makanya di media sosial bersliweran berita, gambar, foto, video, dan bentuk lainnya, tentang kehebatan paslon pilihannya dan sekaligus kejelekan paslon pesaingnya. Tujuannya, ya dalam rangka "menyelamatkan" saudara dan teman itu tadi agar mau masuk barisan yang sama.
Tapi tetap saja, barisan seberang pun melakukan hal yang sama. Maka kita sebagai pemilih, mau tak mau akan terpecah dalam dua kelompok.Â
Setelah tanggal 17 April 2019, salah satu dari paslon akan memenangkan pilpres, yakni yang barisannya paling panjang. Kalau kita ikut di barisan yang menang, alhamdulillah, kita syukuri. Tapi bila kalah pun, tetap alhamdulillah, kita harus menerima dengan lapang dada.
Kondisi "siap menang, siap kalah" merupakan kondisi yang ideal. Nah, untuk itu, musisi yang telah menciptakan banyak sekali lagu hits, Yovie Widianto, membuat gagasan yang disebutnya sebagai "Ruang Tengah".Â
Hal ini bertujuan untuk meredam situasi Indonesia yang semakin panas menjelang pilpres dengan dua kubu yang saling berhadap-hadapan layaknya orang bermusuhan.
Media sosial telah mempertemukan teman yang sudah lama tidak bertemu, tapi juga media sosial yang memisahkan teman yang selama ini seiring sejalan, gara-gara berbeda pilihan di pilpres. Itulah yang ingin dijembatani oleh Ruang Tengah, bahwa berbeda pilihan jangan sampai mencerai beraikan kita.
Seperti yang disampaikan Yovie dalam wawancaranya dengan salah satu stasiun televisi yang disiarkan Minggu pagi (31/3/2019), Yovie dan beberapa temannya yang menggagas Ruang Tengah, antara lain Prisia Nasution (artis film), Nino RAN (musikus), Eka Gustiwana (komposer), dan Febrian Nindyo (musikus), masing-masingnya sudah punya pilihan, ada yang memiih paslon 01 dan ada pula yang 02.Â
Yovie sendiri juga menyebut sudah punya pilihan yang mantap tanpa menyebutkan 01 atau 02. Yang jelas mereka bukan penganjur golput.
Namun mereka kompak berkumpul di Ruang Tengah, yang sebagaimana halnya fungsi ruang tengah di sebuah rumah yakni menjadi tempat berkumpul semua anggota keluarga, sambil bersenda gurau dan saling berbagi cemilan.
Yovie mengajak kita semua, baik pendukung Jokowi maupun pendukung Prabowo untuk ikut berkumpul dengan saling berbagi cerita tentang pengalaman terindah kita sebagai orang Indonesia, tentang keindahan alamnya, tentang keragaman budayanya, dan hal lain yang menjadi modal berharga kita bersama. Cerita seperti itu kita gulirkan menjadi gelombang dahsyat di media sosial.
Kalau dipikir-pikir, bukankah kita semuanya merupakan sebuah keluarga besar bangsa Indonesia? Memang ada yang punya kamar di 01 dan ada yang di kamar 02, tapi toh semuanya diharapkan sering berkumpul di Ruang Tengah agar "rumah besar Indonesia" ini selamat.
Jokowi dan Prabowo sudah menyampaikan dalam debat capres Minggu malam (30/3/2019) bahwa rantai persahabatan antara beliau berdua tidak akan pernah putus. Tentu kita-kita yang berada di belakangnya juga harus melakukan hal yang sama.
Makanya gagasan Yovie di atas perlu kita dukung bersama. Cinta kita kepada Indonesia harus lebih besar dari cinta kepada seorang Presiden. Presiden boleh datang dan pergi, tapi Indonesia harus kekal.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H