Ternyata pembeli buku berbahasa Inggris tak kalah ramainya dengan yang berbahasa Indonesia. Beberapa pengunjung warga negara asing terlihat mengunjungi Big Bad Wolf ini. Tapi banyak pula remaja Indonesia yang sengaja membeli buku asing.
Harus diakui, remaja sekarang semakin banyak yang pintar berbahasa Inggris, sebagian karena sekolah di sekolah berlabel internasional, sebagian karena belajar sendiri, atau pintar dengan sendirinya karena rajin berkomunikasi di dunia maya.
O ya tentang nama Big Bad Wolf, ternyata berasal dari dongeng anak-anak, seekor serigala yang menyerupai seorang nenek tua dan berpura-pura tidur agar dapat memangsa Little Red Riding Hood, yang kemudian dipakai sebagai nama ajang pameran oleh pengusaha Malaysia Andrew Yap.
Even seperti ini sangat penting untuk menumbuhkan minat baca masyarakat. Namun bila tahun depan diadakan lagi sebaiknya area yang dipakai lebih luas lagi. ICE tetap layak, tapi hall yang terpakai sebaiknya ditambah. Dengan kondisi yang sekarang, lorong terasa sempit karena sebagian pengunjung membaca buku padahal trolinya menghambat arus pengunjung lain.
Penataan buku juga agak acak-acakan , mungkin karena masing-masing meja tidak ada pengawasnya. Ada pengunjung yang berani membuka segelan plastik buku, membaca sebentar, kemudian menarok asal-asalan saja.
Kalau tidak keliru ajang pameran buku ini masih buka sampai tanggal 11 Maret 2019. Masih ada kesempatan bagi yang ingin berkunjung ke sana.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI