Minggu 3 Maret 2019 kemarin, adalah pencanangan "Hari Sarung Nasional" Belum jelas apa singkatan resminya, tapi untuk praktisnya, di artikel ini sengaja ditulis dengan HSN saja.
Sarung selama ini nasibnya memang belum sebaik batik, padahal dua-duanya merupakan kekayaan budaya kita sejak dahulu kala.Â
Untuk batik, jelas perhatian dari banyak pihak telah mengangkat citranya. Tidak saja karena menjadi wajib dipakai di hari tertentu oleh pegawai negeri atau pegawai perusahaan milik negara, tapi juga banyak orang yang memakainya dengan sukarela di saat acara tertentu seperti menghadiri acara resepsi pernikahan.
Bahkan dunia internasional pun sangat menghargai batik. Tak heran banyak pula orang asing yang menyukai batik, antara lain Nelson Mandela, mantan Presiden Afrika Selatan.
Akan halnya sarung, gengsinya masih belum terangkat. Dianggap hanya layak dipakai di rumah, atau sebagai ganti selimut saat tidur. Bahkan mohon maaf, karena sarung lazim di pakai oleh orang kampung, ada yang menganggap sarung itu kampungan.
Memang citra sarung masih tertolong dengan masih banyaknya lelaki muslim yang memakai sarung untuk melaksanakan salat di masjid. Tapi sebetulnya budaya sarung tersebut bersifat lintas suku dan lintas agama di bumi nusantara ini.
Kalau kita lihat foto para pahlawan pergerakan kemerdekaan tempo doeloe, justru yang menjadi pakaian resmi di acara tertentu adalah memakai jas di bagian atas dipadu dengan sarung di bagian bawah.
Bagi yang malas melihat foto pahlawan tersebut, kurang lebih pakaiannya seperti yang ditampilkan sehari-hari oleh KH Ma'ruf Amin, cawapres 01 yang digandeng capres Joko Widodo di pilpres mendatang.
Di beberapa daerah tertentu seperti di Riau dan Sumatera Barat, sarung juga dipakai pada acara adat. Ada yang dipasang sekeliling pinggang  sebatas lutut di luar celana panjang seperti di Riau atau dilipat secara rapi lalu dikalungkan di leher dengan kedua ujungnya menjuntai di bagian dada seperti di Sumatera Barat.
Tapi pada dasarnya, hampir semua suku di tanah air kita menggunakan sarung, baik dalam acara adat, ibadah maupun sehari-hari. Namun pada masyarakat kota besar, pemakaian sarung semakin berkurang, meski masih banyak yang punya terutama untuk salat di rumah atau untuk berjaga-jaga bila suatu waktu diperlukan.
Maka dengan pencanangan HSN diharapkan citra sarung kembali meningkat. Sehubungan dengan HSN tersebut, Presiden Jokowi dijadwalkan hadir pada acara Festival Sarung Indonesia 2019 di Plaza Tenggara Gelora Bung Karno, Jakarta yang berlangsung sepanjang hari ini Minggu 3 Maret 2019.
Acara  yang bertema "Sarung Sebagai Identitas Budaya Pemersatu Bangsa" tersebut merupakan kerjasama 9 kementerian yang dikoordinir oleh Kementerian Koperasi dan UKM.Â
Mengingat pengrajin sarung rata-rata adalah pengusaha kecil di beberapa daerah yang terkenal sebagai sentra produksi sarung seperti di Majalaya, Jawa Barat dan Pekalongan, Jawa Tengah, maka wajar bila festival ini di bawah kendali kementerian yang membidangi usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM).
Selain di Jakarta, festival serupa juga dilakukan di berbagai daerah, seperti yang terpantau dari pemberitaan media, ada yang berlangsung di Kupang, Nusa Tenggara Timur dan di Lamongan, Jawa Timur.
Selamat Hari Sarung Nasional, semoga sarung makin terangkat citranya. Tentu kuncinya ada pada kreativitas disain agar cocok dengan gaya modern dan upaya promosinya harus gencar berkesinambungan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H