Berita bunuh diri yang dilakukan seorang suami, yang juga menginginkan istri dan anaknya ikut meninggal, terjadi lagi. Peristiwa terbaru terjadi di Sukabumi, Rabu (20/2/2019) dinihari, tepatnya di Kampung Sukasirna, Cikembar, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat.
Saat itu didapati sebuah rumah hangus terbakar dan menewaskan tiga orang penghuninya, yaitu Jamaludin (37 tahun) beserta istrinya Iis (28 tahun) dan anak tirinya Ayu (10 tahun).
Dilansir dari detik.com (20/2/2019) peristiwa itu diduga sebagai aksi bakar diri Jamaludin. Pihak kepolisian yang menyelidiki kasus ini menjelaskan bahwa Jamaludin menyiramkan bensin, lalu membakar diri dan menyekap anak dan istrinya.
Sayangnya barang bukti berupa ponsel milik Iis ikut hangus. Polisi  menyebutkan bahwa dalam ponsel itu ada pesan singkat dari Jamaludin kepada istrinya mengungkapkan keinginannya untuk mengakhiri hidupnya. Istrinya menjawab bahwa silakan saja bunuh diri asal tidak di rumah.
Percakapan melalui pesan singkat itu sempat diketahui Jujun (50 tahun), ayah angkat Iis. Polisi yang merangkai fakta-fakta itu, menyimpulkan tentang dugaan bunuh diri Jamaludin tersebut.
Tragisnya, dari Line Today News, 21/2/2019, juga terungkap fakta bahwa faktor kesulitan ekonomi menjadi penyebab utama aksi bunuh diri Jamal yang sedang terlilit utang.
Buntut dari aksi bakar diri tersebut, warga Cikembar menolak jenazah Jamaludin untuk dimakamkan di kampungnya. Masyarakat geram dengan perbuatannya yang menyebabkan rumah dan keluarganya hangus terbakar. Jamal akhirnya dikebumikan di daerah asalnya, Depok, setelah sebelumnya diotopsi di Rumah Sakit Sekarwangi, Cibadak, Sukabumi.
Miris memang membaca berita seperti itu. Sebelumnya pada bulan Oktober 2018, seorang lelaki di Palembang juga menembak keluarganya dan setelah itu menembak dirinya sendiri. Akibatnya empat nyawa melayang, suami-istri beserta dua anak mereka.
Psikolog Aully Grashinta mengatakan bahwa orang yang mengalami tekanan terus menerus bisa memilih untuk mengakhiri hidupnya. Rasa bersalahnya terhadap orang lain membuat si pelaku mengajak orang terdekatnya, seperti istri dan anak-anaknya untuk meninggal bersama.
Jika saja kekerabatan sosial dan sikap saling tolong antar tetangga masih kuat, mungkin bisa dihindari. Apalagi pada kasus Jamaludin sudah ada aba-aba sebelumnya, seharusnya bisa diantisipasi, misalnya bila ayah angkat Iis mengajaknya berdiskusi atau melaporkannya pada aparat desa.Â
Tapi ada indikasi bahwa di desa sekalipun nilai-nilai kekerabatan mulai luntur, sehingga seseorang yang mengalami kesulitan ekonomi, bingung mau mengadu atau minta tolong kepada siapa.