Mohon tunggu...
Irwan Rinaldi Sikumbang
Irwan Rinaldi Sikumbang Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

menulis untuk menikmati kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Jadikah Prabowo Salat Jumat di Masjid Agung Semarang?

15 Februari 2019   09:32 Diperbarui: 15 Februari 2019   09:37 192
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
dok. tribunnews.com

Seorang teman yang meja kerjanya bersebelahan dengan dengan meja kerja saya di kantor pusat sebuah perusahaan milik negara, menceritakan ketakutannya saat main ke Pondok Indah Mall (PIM), Jakarta Selatan, baru-baru ini.

Masalahnya ia merasa terjebak, ternyata pas ia di PIM lagi penuh sesak oleh pendukung Jokowi di PIM 1 dan pendukung Prabowo di PIM 2. Tapi akhirnya ia lega karena tak ada gesekan antara dua kelompok yang saling bersaing itu.

Saya tidak kaget dengan kondisi yang aman tersebut, karena sejauh ini perang kata-kata yang bernada kasar seperti mau berantem hanya berlangsung sengit di media sosial. Tapi bila bertemu secara langsung, kebanyakan warga terutama yang tinggal di perkotaan, relatif mampu mengendalikan emosinya.

Saya merasa bila di suatu lokasi yang menjadi ruang publik, para pendukung kedua capres sama-sama berada di sana, suasana tidaklah seperti pendukung Persija ketemu pendukung Persib. Pendukung capres bukanlah para abege seperti banyak pendukung klub sepak bola.

Maka saya agak kaget membaca kehebohan berita tentang rencana capres Prabowo Subianto yang diagendakan melaksanakan salat jumat di Masjid Agung Semarang, Jumat siang ini (15/2/2019).

Dari berbagai media ada kesimpangsiuran berita. Ada yang menulis Prabowo ditolak oleh takmir masjid karena akan membawa banyak pendukungnya. Berita lain menyatakan tidak ada penolakan, karena hakikatnya siapapun boleh beribadah Salat Jumat di masjid yang diinginkannya. Hanya karena khawatir agenda ibadah tersebut dipolitisasi, maka pihak pengurus masjid merasa keberatan. 

Indikasi politisasi itu terlihat dari penyebaran pamflet yang berisi ajakan kepada masyarakat agar beramai-ramai salat Jumat bersama Prabowo Subianto di masjid itu. Bawaslu sendiri sebagai pihak yang berwenang dalam mengawasi pelaksanaan Pemilu, termasuk pada tahap kampanye, menyatakan tak ada larangan bagi siapapun untuk beribadah, tapi saat di masjid harus melepas artibut politik (detik.com, 15/2/2019).

Menarik untuk ditunggu apakah Prabowo dan massanya jadi bersalat Jumat di Masjid Agung Semarang siang ini atau tidak. Namun, kalaupun di masjid akan berbaur para pendukung Prabowo dan pendukung Jokowi, yang sama-sama berniat untuk menunaikan kewajibannya dalam beribadah, tidak perlu khawatir akan terjadi gesekan. 

Kalau di PIM saja kedua kelompok pendukung bisa menahan emosi, seharusnya di masjid sebagai tempat yang suci, perilaku jamaah tentu lebih tertib. Hanya saja untuk berjaga-jaga, perlu ada pemantauan oleh aparat keamanan dan Bawaslu.

Terlepas dari niat pengurus masjid agar steril dari kegiatan politik praktis, suatu hal yang memang seharusnya begitu, tapi orientasi politik mayoritas jamaah suatu masjid gampang dibaca. Ini tidak hanya berlaku di Masjid Agung Semarang, tapi juga di banyak masjid lainnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun