Mendekati perayaan Imlek, sejak empat hari yang lalu, warga kota Semarang, Jawa Tengah, diresahkan oleh serangkaian aksi pembakaran kendaraan bermotor di sejumlah tempat. Sampai hari ini masih belum jelas siapa atau kelompok mana pelaku aksi kriminal, yang dalam beberapa pemberitaan juga disebut sebagai aksi teror tersebut.
Sementara pihak kepolisian masih sibuk menelusuri kasus di atas dengan meminta keterangan dari warga di sekitar lokasi pembakaran dan mengumpulkan barang bukti, Wali Kota Semarang, Hendrar Prihadi meminta warganya tetap tenang dan tidak panik, seperti yang dilansir dari Kompas, Senin (4/2).
Kejadian terakhir, Minggu (3/2), dua sepeda motor milik Ace Sutrisno (71 tahun), warga Kelurahan Tambakaji, Kecamatan Ngaliyan, yang hangus terbakar. Saat itu sekitar jam 03.30 subuh, kedua motor yang terparkir di garasi bagian belakang rumah, tiba-tiba dipenuhi asap yang diketahui cucu Ace yang duluan terbangun.
Dalam empat hari terakhir, secara berturut-turut setiap harinya ada kejadian teror pembakaran kendaraan bermotor di Semarang. Sebelumnya menimpa sebuah mobil, Kamis (31/1), sebuah mobil lagi Jumat (1/2), dan tiga buah sepeda motor, Sabtu (2/2).
Lebih lanjut Kompas juga menulis bahwa modus sejumlah kasus pembakaran, pelaku melemparkan kain berlumur bensin yang sudah dibakar atau bom molotov ke atas kap mobil ataupun jok motor. Aksi tersebut biasanya dilakukan menjelang subuh.
Agak sulit mereka-reka motif dari aksi teror dimaksud. Apakah sekadar membuat keresahan saja menjelang dilakukan Pemilu April 2019? Selama ini kalau teror berbau politik lebih banyak menyasar rumah-rumah ibadah, pusat perbelanjaan, kantor bank, kantor instansi militer, kepolisian, atau kantor pemerintahan lainnya.
Kepala Polrestabes Semarang Komisaris Besar Abiyoso Seno Aji mengatakan bahwa target awalnya, kasus tersebut bisa diungkap paling lama satu pekan ke depan. Semoga saja target tersebut dapat terpenuhi.
Soalnya sulit juga meraba-raba motif dari pelaku, apa keuntungan yang dipetik olehnya? Sekadar bikin heboh atau sekadar iseng dari para remaja yang nakal, rasanya terlalu ceroboh.Â
Tentu saja warga yang memarkir mobil atau sepeda motor di depan rumahnya selalu was-was sampai kasus ini terungkap dengan jelas. Kejadian tersebut juga harus diantisipasi oleh masyarakat di kota-kota lain.Â
Salah satu solusi yang bersifat temporer, mungkin sudah saatnya kegiatan siskamling di setiap rukun tetangga (RT) kembali digalakkan, khususnya di daerah perkotaan.Â
Mengandalkan keamanan lingkungan kepada beberapa petugas yang digaji melalui iuran warga seperti yang banyak ditemui di kota besar, tidaklah cukup pada momen-momen tertentu seperti menjelang pemilu tahun ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H