Mohon tunggu...
Irwan Rinaldi Sikumbang
Irwan Rinaldi Sikumbang Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

menulis untuk menikmati kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Tentang Amplop di Resepsi Pernikahan

18 Januari 2019   15:10 Diperbarui: 18 Januari 2019   15:23 1194
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Jika yang punya hajat adalah pihak yang harus diambil hatinya misalnya untuk memenangkan suatu proyek atau untuk naik pangkat, maka amplop bisa menjadi "pintu masuk".

Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) yang membaca hal tersebut sebagai praktik gratifikasi terselubung, mewajibkan pejabat yang mengadakan resepsi untuk melaporkan jumlah penerimaan beserta rinciannya dari setiap tamu. 

Nah resepsi yang baru saja saya hadiri yang disinggung di awal tulisan ini, teman saya yang sudah jadi direktur itu jelas termasuk yang wajib lapor ke KPK karena ia menjadi pejabat perusahaan milik negara. Bisa jadi ia capek mengurus laporan seperti itu, sehingga memutuskan sekalian tidak menerima amplop.

Dulu pernah juga saya membaca undangan pernikahan yang berbunyi kira-kira begini: "tidak menerima karangan bunga, dana yang diterima semuanya akan disumbangkan kepada kaum duafa".

Tidak begitu jelas apakah bila pejabat yang punya hajat bermaksud menyumbangkan semua dana dari tamunya, juga termasuk wajib lapor ke KPK atau tidak. 

Sebaliknya amplop dari pihak lain yang tidak bermaksud "cari muka", adakalanya tipis sekali dan sengaja tanpa menulis nama, mungkin isinya senilai porsi makanan yang dinikmatinya di resepsi tersebut. Bahkan konon ada yang berani memberikan amplop kosong, dengan niat ikut makan gratis plus membawa pulang cenderamata.

Hanya saja amplop kosong tentu tidak bakal ada di tempat tertentu yang penerima tamunya memberi nomor amplop sesuai dengan nomor di buku tamu. Atau kalaupun berani, menggunakan nama samaran. 

Pernah pula saya di sebuah resepsi, saat mengisi buku tamu juga tidak ada kotak tempat amplopnya. Tapi penerima tamu menjelaskan bahwa di dekat pelaminan ada dua kotak, yang satu untuk keluarga penganten pria, dan satu lagi untuk keluarga penganten wanita.

Bagus juga cara begitu, tamu bisa memastikan bahwa amplop yang dimasukkan sampai ke tangan orang yang dituju, maksudnya tentu orang yang dikenalnya secara baik. 

Bisa jadi si tamu tidak kenal dengan kedua penganten, tapi sangat mengenal orang tua salah satu penganten. Bagi yang punya hajat cara seperti ini juga memudahkan dalam membagi hasil pengumpulan amplop.

Tapi pasti cara tersebut tidak berlaku pada resepsi yang memakai sistem bandar. Maksudnya semua biaya ditanggung seorang atau beberapa orang yang berfungsi seperti  bandar, dengan catatan semua amplop yang masuk menjadi haknya bandar tersebut.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun