Akhirnya mereka memutuskan balik ke Jakarta hari itu juga, pagi Minggu 23 Desember 2018. Masalahnya tak ada mobil yang bersedia mengantar. Mobil sewaan yang kemaren mengantarnya, kalaupun bersedia mendadak menjemput, pasti butuh waktu lama untuk sampai di Anyer, mengingat ada berita beberapa jalan tidak bisa dilalui.Â
Untung ada seorang warga yang berdomisili tak jauh dari vila, dan mobilnya selamat dari bencana, bersedia mengantar ke Jakarta, dan berani menembus beberapa titik yang sulit dilewati karena terdampak terjangan tsunami. Tentu dengan iming-iming bayaran yang jauh di atas tarif normal.Â
Tapi sayangnya si sopir mengendarai mobil dengan ugal-ugalan. Ternyata belakangan sopirnya mengakui bahwa itu disengajanya untuk menghilangkan stres karena ada anggota keluarganya yang belum ketahuan nasibnya.
Butuh 9 jam bagi rombongan Tini untuk sampai di rumahnya di Jakarta karena bayaknya hambatan di jalan. Bagaimanapun juga Tini tak putus-putusnya memanjatkan rasa syukur kepada Yang Maha Kuasa, meskipun ia dan juga anggota keluarganya mengalami trauma bila melihat berita di televisi tentang bencana tsunami.Â
Begitulah kisah teman saya, yang menjadi pelajaran amat berharga bagi kita semua. Salah satu hikmahnya, dalam pengambilan keputusan terhadap hal yang kelihatannya biasa-biasa saja, seperti mau bepergian ke mana, kapan, naik apa, sampai pada pemilihan kamar tidur, ternyata bisa mengubah sejarah hidup seseorang.
Maka bila suatu keputusan sudah diambil, lakukan sebaik-baiknya sambil berdoa mengharapkan yang terbaik, tapi sekaligus bersiap bila terjadi hal yang terburuk.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H