Mohon tunggu...
Irwan Rinaldi Sikumbang
Irwan Rinaldi Sikumbang Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

menulis untuk menikmati kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Pesta Tahun Baru Tempo Dulu Lebih "Gila", Sekarang Lagi Prihatin

1 Januari 2019   00:01 Diperbarui: 1 Januari 2019   13:05 853
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
dok.voaindonesia.com

Di samping itu, di tempat pernikahan yang diikuti 557 pasangan dari warga kurang mampu itu, ada pula bazar yang menawarkan berbagai produk yang dibuat oleh para pengusaha kecil.

Melihat berbagai kegiatan tersebut di atas, jelas bahwa Pemda berharap masyarakat tidak sekadar berhura-hura saja yang tergambar dari konser musik di pangung hiburan, tapi juga ada agenda yang punya nilai tersendiri seperti pernikahan massal dan acara pelestarian budaya tradisional Betawi.

Dalam sambutannya dihadapan puluhan ribu penonton panggung hiburan di Monas, Anies mengingatkan agar masyarakat semakin tawakkal dan mengambil hikmah dari berbagai bencana selama tahun 2018 yang baru ditinggalkan.

Kalau kita menelusuri bagaimana warga Jakarta merayakan pergantian tahun, justru di periode kepemimpinan Ali Sadikin (1966-1977) jauh lebih meriah dan lebih "gila".

Saat itu, seperti yang ditulis Kompas, 30/12/2018, Ali Sadikin membolehkan warga bermain mercon selama tiga hari, dari 31 Desember sampai 2 Januari. 

Sebagai contoh, ketika menyambut tahun baru 1968, pada perayaan yang dipusatkan di depan Gedung Sarinah di Jalan Thamrin, terjadi perang mercon yang sengit antara anak-anak di lantai bawah dengan yang di lantai atas.

Sedemikian semaraknya suasana, sehingga jalan-jalan raya, jalanan kampung, dan halaman-halaman rumah hampir dipenuhi kertas-kertas sisa ledakan mercon. Pesta mercon berlangsung hingga subuh.

Hanya saja pesta meriah tersebut juga membawa musibah. Pada malam tahun baru 1968, lebih dari setengah abad yang lalu, tercatat 300 orang terluka akibat ledakan mercon.

Kembali ke suasana saat ini, di tengah banyaknya imbauan melalui media sosial agar masyarakat tidak ikut-ikutan berpesta tahun baru dengan berbagai dalil keagamaan, maka apa yang tersaji di Jakarta 31 Desember 2018 malam sampai dini hari 1 Januari 2019, merupakan upaya kompromi dengan mengakomodir beberapa aspirasi dari berbagai kelompok masyarakat.

Tindakan yang serta merta main pukul rata, misalnya dengan meniadakan panggung hiburan, rasanya terlalu gegabah. Mungkin satu kelompok akan senang, tapi kelompok lain akan kecewa berat.

Sepanjang pesta tahun baru berlangsung secara tertib tanpa membawa korban, itu sudah merupakan hal yang lumayan. Meskipun di mata kelompok yang lain, pesta duniawi seperti itu dinilai mubazir.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun