Meskipun awalnya saat pulau Batam sekitar 40 tahun lalu dikembangkan secara besar-besaran sebagai kawasan khusus industri, dari sebelumnya hanya berupa beberapa desa nelayan saja, Batam akhirnya juga menjadi salah satu pintu masuk utama bagi pelancong asing, setelah Bali, Yogyakarta, dan Jakarta.
Artinya, perkembangan Batam sebagai objek wisata, bukan sekadar pintu masuk, harus terancang secara terpadu dalam program pembangunan Batam. Apalagi Batam juga sekaligus menjadi pintu keluar wisatawan Indonesia yang ingin ke luar negeri, khususnya ke Singapura, Malaysia dan Thailand.
Maksudnya, jangan jadikan Batam sekadar kota transit atau persinggahan saja, baik bagi yang dari luar negeri maupun bagi yang mau ke luar negeri. Dan sepertinya tujuan itu lumayan tercapai dengan berkembangnya wisata belanja di Batam.
Atmosfer Singapura sebagai  shopping city sedikit banyak menular ke Batam. Wisatawan domestik banyak membeli produk impor yang bebas bea masuk seperti tas, koper, sepatu, jam tangan, parfum, tentu yang branded dan original.
Sedangkan wisatawan asing banyak memborong keperluan harian buatan Indonesia seperti bahan makanan, termasuk mie instan, rokok, deterjen, pakaian muslim, atau sekadar menonton bioskop dan menikmati sea food atau Nasi Padang. Harga di Batam kalau dikurskan ke Dolar Singapura atau Ringgit Malaysia, jatuhnya jauh lebih murah ketimbang kalau barang yang sama dibeli di negara tetangga.
Hanya saja, bila sekadar berbelanja, pelancong tidak akan menghabiskan waktu sampai berhari-hari. Dengan menginap satu malam saja sudah cukup. Maka ada baiknya bagi yang berniat bepergian ke Batam, mengetahui objek wisata selain berbelanja dan kuliner, yang bisa dinikmati.
Memang, Jembatan Barelang yang menyambungkan pulau Batam, Rempang, dan Galang dengan bangunan yang kokoh dan ikonik, sejak selesai dibangun tahun 1998 lalu telah memancarkan pesona tersendiri.
Nah, pemerintah kota Batam membangun sebuah kawasan wisata yang dinamakan dengan Dendang Melayu yang terletak di lokasi sebelum jembatan dari arah pusat kota, di sebelah kiri jalan raya.Â
Sayangnya fasilitas toilet kurang memadai dan juga fasilitas bagi mereka yang berkebutuhan khusus belum tersedia. Beberapa turis dari Malaysia sempat mengeluhkan hal ini, meskipun mereka mengakui keindahan pemandangannya.
Menara MJA yang merupakan bagian dari masjid berlantai tiga yang masih dalam tahap pembangunan, menurut info dari seorang pemandu wisata, dibangun oleh Asman Abnur, mantan menteri yang mengundurkan diri karena partainya, PAN, tidak lagi mendukung Jokowi di pilpres tahun ini. Asman sebelum terjun ke politik memang dikenal sebagai pengusaha asal Minang yang sukses di Batam.
Bila kita ke kawasan ini di malam hari, di seberang kelihatan cahaya dari gedung-gedung tinggi di pusat kota Batam. Sebetulnya selain Ocarina, ada wisata di pinggir pantai lain di Batam, seperti Pantai Nongsa, di mana terdapat resort mewah ala Bali. Sayang sekarang ini agak kotor.
Karena itu, beberapa pantai bertipikal seperti itu, oleh warga Batam dinamakan sebagai Pantai Melayu. Di sini terdapat pula warung makan seafood berharga murah dan lezat dengan masakan khas  Melayu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H