Bila saya punya waktu yang leluasa, bepergian sendiri saja dan barang yang dibawa relatif sedikit, dari Tebet saya naik taksi ke Cililitan dengan argo sekitar Rp 20.000 sampai Rp 25.000. Di Cililitan, tepatnya di Mal PGC tersedia bus ke BSH dengan tarif Rp 40.000. Total ongkos saya menjadi sekitar Rp 60.000 sampai Rp 65.000.
Bila barang agak banyak atau waktu yang sudah mepet, meskipun pergi sendiri (apalagi kalau ada pendampingnya) pilihan saya satu-satunya hanyalah taksi, baik taksi yang memasang argo ataupun taksi online.
Saya betul-betul bebas mau pindah duduk ke mana yang saya suka, jendela sebelah kiri atau kanan, tergantung view yang menarik. Tapi pemandangan yang lumayan hijau hanya waktu kereta masih di areal sekitar Cengkareng.Â
Dari BSH, kereta akan berhenti di dua stasiun, yakni Batu Ceper dan Duri, sebelum mencapai tujuan akhir di SBC. Mulai memasuki Batu Ceper sampai seterusnya, penumpang hanya menikmati kesumpekan dan kepadatan di pemukiman yang lazim ditemukan di pinggir rel kereta. Betul-betul kontras dengan gedung-gedung pencakar langit di SBC. Tapi ya begitulah yang namanya ibukota, yang katanya lebih kejam dari ibu tiri.
Sekiranya tarif tersebut bisa diturunkan lagi menjadi sama dengan tarif bus, diperkirakan publik akan memilih kereta, karena lebih tepat waktu dan anti macet. Namun itupun harus dengan memperbanyak lagi stasiun yang disinggahi.
Satu usul lagi, penerapan pembayaran non tunai sebagai satu-satunya cara menikmati kereta bandara, perlu ditinjau ulang. Banyak orang tua yang masih terbiasa membayar tunai, merasa ribet bila pakai kartu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H