Mohon tunggu...
Irwan Rinaldi Sikumbang
Irwan Rinaldi Sikumbang Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

menulis untuk menikmati kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Otomotif Artikel Utama

Kereta Bandara Sulit Bersaing, Mungkinkah Tarifnya Diturunkan?

6 Januari 2019   15:27 Diperbarui: 6 Januari 2019   18:00 1078
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Stasiun Bandara Soetta (dok pribadi)

Bila saya punya waktu yang leluasa, bepergian sendiri saja dan barang yang dibawa relatif sedikit, dari Tebet saya naik taksi ke Cililitan dengan argo sekitar Rp 20.000 sampai Rp 25.000. Di Cililitan, tepatnya di Mal PGC tersedia bus ke BSH dengan tarif Rp 40.000. Total ongkos saya menjadi sekitar Rp 60.000 sampai Rp 65.000.

Bila barang agak banyak atau waktu yang sudah mepet, meskipun pergi sendiri (apalagi kalau ada pendampingnya) pilihan saya satu-satunya hanyalah taksi, baik taksi yang memasang argo ataupun taksi online.

Stasiun BNI City (dok pribadi)
Stasiun BNI City (dok pribadi)
Maka sewaktu kemarin saya menjajal kereta dari BSH ke SBC, saya tidak kaget sama sekali melihat betapa sepinya gerbong demi gerbong yang tergolong mewah dan nyaman tersebut. Stasiun baik di BSH maupun di SBC juga terkesan megah tapi amat sedikit orang yang mau naik atau turun dari kereta. Berita tentang hal ini sudah beberapa kali saya baca.

Saya betul-betul bebas mau pindah duduk ke mana yang saya suka, jendela sebelah kiri atau kanan, tergantung view yang menarik. Tapi pemandangan yang lumayan hijau hanya waktu kereta masih di areal sekitar Cengkareng. 

Dari BSH, kereta akan berhenti di dua stasiun, yakni Batu Ceper dan Duri, sebelum mencapai tujuan akhir di SBC. Mulai memasuki Batu Ceper sampai seterusnya, penumpang hanya menikmati kesumpekan dan kepadatan di pemukiman yang lazim ditemukan di pinggir rel kereta. Betul-betul kontras dengan gedung-gedung pencakar langit di SBC. Tapi ya begitulah yang namanya ibukota, yang katanya lebih kejam dari ibu tiri.

Yang masih hijau (dok pribadi)
Yang masih hijau (dok pribadi)
Tampaknya, perlu sesuatu agar kereta bandara tidak sekadar nice to have dan mubazir. Konon awalnya tarif  kereta ini ditetapkan sebesar Rp 100.000. Tarif Rp 70.000 hanyalah selama masa promosi. Namun sampai sekarang, telah setahun sejak mulai beroperasi, tarif Rp 70.000 tetap diberlakukan.

Sekiranya tarif tersebut bisa diturunkan lagi menjadi sama dengan tarif bus, diperkirakan publik akan memilih kereta, karena lebih tepat waktu dan anti macet. Namun itupun harus dengan memperbanyak lagi stasiun yang disinggahi.

Satu usul lagi, penerapan pembayaran non tunai sebagai satu-satunya cara menikmati kereta bandara, perlu ditinjau ulang. Banyak orang tua yang masih terbiasa membayar tunai, merasa ribet bila pakai kartu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Otomotif Selengkapnya
Lihat Otomotif Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun