Jika dihitung dari kuantitas, jumlah perpustakaan di negara kita tentu amatlah banyak, karena di semua kota pasti punya perpustakaan daerah. Belum lagi perpustakaan sekolah, kampus, kantor, masjid, dan di tempat lainnya.Â
Tapi harus diakui, bila dilihat dari sisi jumlah pengunjung, bahkan di kampus sekalipun yang katanya merupakan lingkungan yang berwawasan luas, perpustakaan di negara kita boleh dikatakan relatif sepi.
Hanya kalau ada tugas-tugas tertentu yang memaksa seseorang untuk mencari referensi, barulah berkunjung ke pustaka. Itupun di era internet sekarang ini, banyak referensi yang bisa dijelajahi melalui dunia maya.
Namun kesepian seperti itu tidak berlaku lagi di Perpustakaan Daerah Kota Yogyakarta, setelah dimasuki banyak cewek cantik yang bernama Jamila, Tamara, Siska, Raisa, Puspita, Popi, Monika, Belinda, dan Aleksa.
Gara-gara cewek cantik itulah, banyak yang tertarik ke perpustakaan, meskipun sebetulnya hal itu merupakan nama-nama program pihak pengelola pustaka untuk menggugah lebih banyak pengunjung. Sebuah promosi yang kreatif.
Jamila artinya adalah Jaminan Layanan Prima Mengantar Buku ke Pemustaka. Tamara adalah Taman Masyarakat Sambung Rasa. Berikutnya Siska (Sistem Interaktif Pemustaka), Puspita (Perpustakaan Alternatif Kota Yogyakarta), Popi (Pojok LIPI), Monika (Mobil Internet Kewilayahan), Belinda (Blind Corner untuk Anda), dan Aleksa (Ada Koleksi Lokal Konten Yogyakarta).
Sebagian nama cewek di atas kurang nyambung dengan artinya, agak dipaksakan. Tapi ya itu tadi, karena niatnya baik untuk mencerdaskan masyarakat, gaya Yogya tersebut pantas diapresiasi.
Aleksa sebagai program terbaru, diluncurkan pada tanggal 1 Agustus 2018. Menurut Kepala Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kota Yogyakarta, Wahyu Hendratmoko, Aleksa adalah sajian terbaru yang menyediakan tempat yang nyaman dengan meja dan kursi serta suhu ruangan yang dingin (tribunnews.com, 1/8/2018).
Harapannya, dengan Aleksa, akan membawa kemajuan  bagi masyarakat kota Yogyakarta tanpa meninggalkan tradisi budaya lokal. Untuk itu Perpustakaan Daerah Kota Yogyakarta bekerjasama dengan Perpustakaan Banjar Wilopo yang ada di Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat.
Adapun program yang paling awal yang dinilai sebagai gebrakan yang berhasil adalah program Jamila, dimulai sejak pertengahan tahun 2015. Bahkan nama awalnya betul-betul memakai nama seorang penyanyi, Mulan Jamila, yang kemudian hanya berubah jadi Jamila saja.Â
Sewaktu bernama Mulan Jamila, diartikan sebagai "mengantarkan buku andalan, jaminan kepuasan layanan pustakawan"
Dengan program ini, pihak perpustakaan mengantarkan langsung buku yang dipinjam oleh seseorang, dengan syarat si peminjam sudah terdaftar sebagai anggota perpustakaan.
Jadi, sebetulnya ada banyak cara untuk membuat perputaran peminjaman buku-buku di sebuah pustaka semakin meningkat frekuensinya. Tinggal mengolah kreativitas saja.Â
.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H