Mohon tunggu...
Irwan Rinaldi Sikumbang
Irwan Rinaldi Sikumbang Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

menulis untuk menikmati kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

WC "Helikopter" Masih Ada di Jakarta

23 November 2018   20:10 Diperbarui: 23 November 2018   20:35 485
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
WC Helikopter di Jakarta (poskotanews.com)

Kompas.com (30/7/2013) pernah mengungkapkan tentang toilet berlapis emas di rumah pasangan selebriti dunia Kim Kardashian dan Kanye West di kawasan elit Bel Air, Los Angeles, California, Amerika Serikat. Tak didapat data pasti apakah ada orang super kaya Indonesia yang juga punya toilet berlapis emas berharga miliaran rupiah seperti punya selebriti dunia itu.

Tapi pasti, terlepas dari berlapis emas atau bukan, di rumah-rumah yang terdapat di kawasan elit Jakarta seperti Menteng, Kebayoran Baru, atau Pondok Indah, banyak yang punya toilet mewah, yang membuat mereka betah berlama-lama "mendudukinya". Sambil menunaikan tugasnya dalam membuang kotoran di perutnya, mereka bisa membaca buku, membuka gawai, atau hal lain yang memungkinkan. 

Toilet berlapis emas (kompas.com)
Toilet berlapis emas (kompas.com)
Namun, masih di Jakarta, lihatlah betapa kontrasnya, ternyata sebagian warga Jakarta masih menggunakan "WC helikopter". Kompas.id (19/11/2018) menulis bahwa di kawasan Jakarta Barat masih ada WC yang dibuat dari bahan semi permanen yang dipasang di pinggir sungai dengan ukuran pas buat orang dewasa jongkok.

Sebelumnya poskotanews.com (12/9/2017) juga menulis bahwa di Cikini, Menteng, yang masuk kawasan Jakarta Pusat, juga ada WC helikopter. Artinya, faktor kedekatan lokasi dengan pusat pemerintahan, tidak menjamin terbebas dari sistem sanitasi yang tidak sehat.

Soalnya, di ibukota negara ini, di balik gedung megah, banyak pemukiman kumuh, baik yang tersembunyi dari jalan raya, maupun yang gampang terlihat oleh orang yang berlalu lalang. Wajar kiranya saat perhelatan besar Asian Games 3 bulan lalu, kawasan yang bisa mengganggu mata para tamu dari luar negeri itu disamarkan dengan cat atau lukisan warna warni di bagian depan.

Tidak jelas kenapa toilet seperti kotak kecil dengan pintu penutup seadanya itu dijuluki dengan WC helikopter. Tapi di zaman dulu di kampung-kampung, WC seperti itu biasanya disebut jamban yang dibuat di pinggir kolam ikan atau di pinggir kali. Jadi, bila ada seseorang yang lagi buang hajat, ketika (mohon maaf) kotorannya jatuh ke dasar air, segera diserbu ikan-ikan peliharaan di kolam yang saling berebutan melahapnya. 

Mungkin proses jatuhnya kotoran yang berbunyi "byur" saat menyentuh permukaan kolam, mirip dengan helikopter yang menjatuhkan barang bantuan di daerah bencana yang juga langsung diserbu dan menjadi rebutan orang yang menunggu barang tersebut dijatuhkan. Makanya dipakailah istilah WC helikopter, yang sulit dilacak kapan asal muasal pemakian istilah tersebut.

Tapi sebetulnya, di desa-desa sekalipun sejak dekade 1980-an atau 1990-an, mulai banyak yang membuat toilet di rumah sendiri, meskipun salurannya tetap ke sungai, bukan ke septic tank seperti di kota besar. Hal ini paling tidak lebih baik ketimbang WC helikopter.

Lalu apakah bisa disebut bahwa sebagian area di Jakarta lebih kampungan dari kampung di pelosok? Ya boleh jadi begitu. Makanya Jakarta di samping sering disebut sebagai kota metropolitan bila mengacu pada gedung pencakar langitnya, sering pula disebut sebagai kampung besar, karena Jakarta memang terdiri dari banyak kampung lengkap dengan budayanya yang bertolak belakang dengan budaya penghuni kawasan elit.

Jangan heran kalau sungai atau pecahannya berupa kali yang lebih kecil di Jakarta, sulit dibersihkan. Tidak saja karena masih banyak sampah warga yang  dibuang ke sana, tapi juga karena jadi pembuangan kotoran manusia. Tapi karena sulitnya mendapatkan air bersih, sebagian warga terpaksa menggunakan sungai yang tercemar itu untuk kegiatan mandi dan mencuci. 

Jadi, pembangunan toilet umum yang memenuhi syarat kebersihan, yang di  beberapa kawasan padat penduduk di Jakarta sudah ada, perlu diperbanyak lagi. Jangan pula aparat kelurahan atau RT/RW sampai melupakan aspek sosialisasi dan pengawasannya, agar masyarakat mampu memelihara toilet umum atau juga yang dilengkapi dengan fasilitas MCK (mandi, cuci, kakus) itu dengan baik.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun