Tak begitu jelas latar belakangnya, ibaratnya tak ada hujan, tak ada angin, tiba-tiba saja hari ini (14/11) muncul berita di beberapa media daring bahwa maskapai penerbangan terkemuka di tanah air, Garuda Indonesia, mencaplok Sriwijaya Air.
CNBC Indonesia misalnya menulis bahwa Garuda mencaplok Sriwijaya dengan tujuan bisa menguasai 51 persen market share bisnis penerbangan Indonesia.  Tentu saja maksudnya pasar yang saat ini dikuasai Lion Group (Lion, Batik, dan Wings) akan digerus oleh Garuda Group (Garuda, Citilink, dan sekarang plus Sriwijaya, termasuk NAM Air yang merupakan anak perusahaan Sriwijaya Air).
Memang, tak bisa dipungkiri meskipun banyak penumpang yang kecewa dengan pelayanan Lion, apalagi setelah jatuhnya salah satu pesawat Lion di perairan Karawang beberapa hari yang lalu, namun dengan senjata tarif murah dan rute penerbangan yang banyak, Lion menguasai pangsa pasar penumpang angkutan udara di negara kita sekarang ini.
Taktik banting harga bagaimanapun cukup ampuh sehingga sekarang naik pesawat bukan lagi hanya buat kelas menengah ke atas. Maka maskapai lain tumbang satu persatu. Merpati, Mandala, Batavia, dan beberapa maskapai lain sudah tiarap.
Bahkan tidak hanya itu, angkutan darat bus dengan trayek antar kota antar propinsi serta angkutan laut juga "hidup segan mati tak mau", karena pelanggan mereka beralih jadi penumpang pesawat. Â Ini hal yang tak terelakkan karena tarif pesawat beda tipis dengan tarif bus atau kapal laut.
Sayangnya, berita yang dimut beberapa media, selain CNBC Indonesia, juga Detik.com, tidak terlalu jelas menggambarkan, apakah Sriwijaya mengalami kebangkrutan atau bukan. Hanya ditulis sebagai mengalami kesulitan finansial.
Kemudian, istilah "mencaplok" yang dipakai juga agak kabur, karena istilah itu biasanya diartikan sebagai akuisisi, di mana kepemilikan sebuah perusahaan beralih ke pihak yang mengakuisisi.
Sedangkan berita dari kedua media di atas menyebutkan bahwa Garuda Indonesia melalui anak perusahaannya Citilink melakukan Kerja Sama Operasi (KSO) dengan Sriwijaya Air yang kesepakatannya ditandatangani 9 November 2018 lalu.Â
Dengan KSO tersebut, Citilink mengambil alih operasional Sriwijaya Air, agar kinerjanya bisa pulih kembali. Selanjutnya Sriwijaya diharapkan mampu memenuhi semua komitmen dan kewajibannya kepada pihak ketiga, yang di antaranya ada pada lingkungan Garuda Indonesia Group.
Jadi bisa ditafsirkan bahwa saat ini Garuda punya tagihan yang belum bisa dibayar oleh Sriwijaya dan melalui KSO diharapkan bisa terselesaikan. Tapi berapa jumlahnya dan bagaimana dampaknya terhadap struktur kepemilikan saham di Sriwijaya Air Group, masih belum dipublikasikan.
Bagi konsumen, sepanjang KSO tersebut membuat penumpang pesawat lebih terlayani dengan baik, dan tarifnya tetap terjangkau, tentu langkah Garuda Indonesia di atas akan disambut secara positif.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H