Saat tsunami menggulung Palu dan sekitarnya, kisah seorang petugas menara di bandara, Anthonius Gunawan Agung, sangat menginsiprasi. Agung memilih menuntaskan tugasnya memandu pesawat yang akan lepas landas, ketimbang menyelamatkan diri seperti teman-temannya, karena gedung menara sudah bergoyang hebat.
Agung meloncat dari lantai 4 karena gedung tersebut roboh sesaat seletah pesawat yang berhasil dipandu Agung mengangkasa. Nyawa Agung tidak terselamatkan, tapi ia menjadi pahlawan dengan menyelamatkan ratusan penumpang dan kru pesawat.
Nah, cerita heroik seperti itu ditemui pula pada seorang relawan penyelam yang ikut membantu tim SAR mencari pesawat Lion Air JT 610 dan semua korbannya, yang jatuh di perairan Karawang, Jawa Barat, Senin (29/10) lalu.
Relawan tersebut bernama Syachrul Anto (48 tahun) yang melepas nyawa saat melakukan tugas yang amat mulia itu, Jumat (2/11) kemaren. Menurut Komandan Satgas SAR, Kolonel Laut Isswarto, korban meninggal karena dekompresi (liputan6.com, 3/11).Â
Syachrul Anto yang bekerja tanpa mengenal waktu, diduga tidak secara pelan-pelan naik ke permukaan laut. Syachrul ditemukan dalam kondisi pingsan dan mengapung.
Anggota Indonesia Diver Rescue itu selama ini selalu membantu bila ada bencana. Saat membantu tim SAR dalam proses evakuasi pesawat Lion Air dan korbannya, Syachrul belum lama pulang dari Palu membantu korban gempa dan tsunami.Â
Status Syachrul bukanlah petugas resmi di tim SAR, tapi sebagai tenaga relawan yang punya jiwa sosial yang tinggi, ia dikenal baik oleh kalangan SAR. Apalagi ia punya kemampuan sebagai seorang  penyelam yang telah mendapatkan lisensi.
Ketika musibah kecelakaan yang menimpa pesawat Air Asia, yang jatuh di perairan Pangkalan Bun, Kalimantan, 28 Desember 2014, Syachrul cukup lama ikut membantu tim SAR, sekitar 3 minggu. Syachrul saat itu berhasil menemukan dan mengangkat banyak jenazah dari dasar laut.
Rupanya sudah panggilan jiwa bagi pemuda pengusaha ekspedisi di Makassar itu untuk memberikan bantuan di saat ada bencana. Padahal sebelum berangkat ke Karawang, Rabu (31/10) lalu, sang istri merasa keberatan.
Ternyata panggilan jiwa untuk membantu demikian kuatnya. Namun kali ini panggilan jiwa tersebut sekaligus berarti panggilan menghadap Ilahi dalam tugas yang sungguh suci.
Selamat jalan Syachrul Anto. Pengabdiannya betul-betul tidak ternilai harganya dan pantas untuk diteladani. Ternyata di tengah kondisi masyarakat yang semakin individualis dan materialis, masih ada yang dengan suka rela berjuang tanpa pamrih.
Anthonius Gunawan Agung mengorbankan nyawanya demi keselamatan penerbangan, sedangkan Syachrul Anto mengorbankan nyawanya demi mencari para korban musibah penerbangan. Dua-duanya sama hebatnya. Sama-sama seorang pahlawan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H