Artinya, menurut saya pelayanan di bandara kita semakin baik. Tentang koper yang dibuka paksa oleh oknum, sekarang ini makin jarang terdengar. Mudah-mudahan betul-betul telah hilang.
Kembali ke diskusi dengan teman kantor saya di atas, saya menantang mereka untuk menyebutkan satu saja pengalaman yang menyenangkan sewaktu baru sampai di Indonesia.
Saya kesal karena tak satu orang pun yang merasa punya pengalaman menyenangkan. Jangan-jangan pikiran mereka memang "kotor" dari sononya, sehingga memandang apapun yang kita punya, jelek semua. Sedangkan yang punya negara asing, bagus semua.
Lalu saya lempar sebuah pertanyaan: "tidakkah anda happy begitu membayar taksi atau membayar apapun juga di Indonesia bila dibandingkan dengan hal yang sama di luar negeri, terasa begitu murah?".Â
Barulah mereka ketawa dan menyahut: "...tul, betul, betul". Â Betapa tidak, tarif taksi dari bandara ke rumah saya di Tebet, Jakarta Selatan hanya sekitar 10 dollar Amerika Serikat, dan tarif sejumlah itu di New York hanya cukup untuk jarak relatif dekat.
Kalau kita lapar, di Jakarta dengan nilai 5 dollar AS, sudah dapat makanan yang berkelas, termasuk minuman. Padahal di New York uang sejumlah itu hanya cukup untuk satu bungkus kebab halal di pinggir jalan, belum termasuk harga minuman.
Bila kita lagi di luar negeri, namun tetap berpikir dalam rupiah, bisa-bisa tidak mau belanja atau jalan-jalan. Karena kalau dirupiahkan mahalnya beberapa kali lipat.
Di luar negeri, naik bus kota untuk jarak dua halte saja sudah belasan ribu rupiah. Padahal naik Trans Jakarta sejauh-jauhnya hanya kena Rp 3.500 atau sekitar 0,25 dollar AS saja.Â
Memang bagi warga Jakarta secara umum, tidak menyadari tarif tersebut murah banget. Tapi bagi yang baru mendarat dari luar negeri, khususnya dari negara maju, akan sangat terasa.
Semakin melemahnya rupiah, justru membuat harga-harga semakin murah bila dihitung dalam mata uang asing. Harusnya ini dijadikan sebagai alat promosi dalam menjaring  lebih banyak turis dari negara kaya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H