Mohon tunggu...
Irwan Rinaldi Sikumbang
Irwan Rinaldi Sikumbang Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

menulis untuk menikmati kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Terpuruknya Klub Jawara dan Jalan Pintas ke Pentas Utama

19 Oktober 2018   18:48 Diperbarui: 19 Oktober 2018   18:48 833
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dok. football-tribe.com

Kompetisi kasta tertinggi sepak bola di tanah air, Liga 1, masih berlangsung dengan persaingan yang amat ketat. Persib Bandung yang sementara bercokol di puncak klasemen sementara, ditempel ketat oleh PSM Makassar dan Persija Jakarta.

Demikian pula klub-klub di zona degradasi, PS Tira, Perseru Serui dan PSMS, masih punya kesempatan untuk tetap bertahan di Liga 1 tahun depan, bila di sisa pertandingan mampu menang dari lawan-lawannya.

Sementara itu, menarik menyimak pertarungan di Liga 2 yang tak kalah ketatnya. Liga 2 telah menghasilkan 8 klub yang maju ke babak 8 besar. Peringkat 1 sampai 3 di babak 8 besar nanti, otomatis mendapat promosi berlaga di level tertinggi sepak bola Indonesia. 

Adapun klub yang masuk 8 besar adalah Semen Padang, Persiraja Banda Aceh, Aceh United, Persita Tangerang, PSS Sleman, Kalteng Putra, Madura FC, dan Mojokerto Putra.

Di samping itu kompetisi Liga 2 juga telah memastikan 6 klub yang terdegradasi dan harus terpuruk ke Liga 3 di tahun depan. Ironisnya, beberapa klub yang terpuruk tersebut, ada yang dulu jawara Indonesia.

Ke 6 klub dimaksud adalah Persika Karawang, PSIR Rembang, Persik Kendal, Persegres Gresik United, Semeru FC Lumajang, dan Persiwa Wamena. 

Persegres malah pada tahun 2017 masih berkompetisi di Liga 1, tapi terdegradasi ke Liga 2 tahun ini bersama Persiba Balikpapan dan Semen Padang. Jadi Persegres hanya numpang lewat di Liga 2 untuk merosot lagi ke Liga 3.

Dari klub eks Liga 1 yang tersingkir ke Liga 2 di atas,  hanya Semen Padang yang sepertinya siap untuk comeback ke Liga 1, dengan serius melakukan persiapan, sehingga menjadi juara wilayah barat di Liga 2 tahun ini.

Sedangkan Persiba, meski gagal menembus 8 besar, namun  berhasil bertahan di Liga 2, sehingga nasibnya tidak separah Persegres. Hanya saja stadion baru yang megah di Balikpapan mungkin akan banyak nganggur, karena dulu dibangun dengan asumsi Persiba tetap bermain di Liga 1, padahal stadion lamanya mirip kubangan bila diguyur hujan.

Kembali ke Persegres, patut diingat bahwa klub yang nama lengkapnya "Persegres Gresik United" ini, merupakan hasil merger dua klub di kota Gresik pada tahun 2005, yakni Petrokimia Putra yang merupakan eks klub galatama (pro) dan Persegres yang eks klub perserikatan (amatir). 

Petrokimia Putra punya catatan sejarah yang gemilang karena pernah menjadi juara Divisi Utama Liga Indonesia 2002. Dengan demikian klub ini mewakili Indonesia pada Liga Champions Asia, dan berhasil melaju sampai putaran kedua.

Persiwa yang menemani Persegres turun ke Liga 3, juga tak kalah mentereng sejarahnya. Klub dari pegunungan Papua ini memang belum pernah menjadi juara nasional, namun lama malang melintang berkompetisi di kasta tertinggi Liga Indonesia, dari 2005 sampai 2013.

Prestasi terbaik Persiwa adalah sebagai runner up pada tahun 2008 dan setelah itu tampil pada turnamen Piala AFC. Boleh dikatakan, Persiwa adalah klub Papua terpopuler setelah Persipura Jayapura. Lebih terkenal ketimbang Perseru Serui yang sekarang bermain di Liga 1.

Dari semua mantan klub jawara nasional, yang paling tragis nasibnya adalah Persik Kediri. Klub yang melambungkan nama pemain naturalisasi Christian Gonzales ini, berjaya dua kali merebut tropi juara Liga Utama 2003 dan 2006. 

Di level Asia pun, Persik menorehkan hasil yang lumayan pada Liga Champions Asia. Pada tahun 2006/2007 Persik satu grup dengan Urawa Red (Jepang), Shanghai Shenhua (China) dan Sydney FC (Australia). Dengan sistem home and away, Persik tak pernah kalah di kandang, meski akhirnya finish di peringkat 3.

Sejak 2010 prestasi Persik mulai memperlihatkan trend menurun. Bahkan akhirnya, pada kompetisi Liga 2 tahun 2017 Persik terdepak lagi ke liga 3, sehingga sekarang, klub dari kota yang terkenal karena keberadaan pabrik rokok kretek ini, harus merangkak dari bawah, bila ingin bangkit.

Perlu pengamatan yang mendalam atas terpuruknya klub-klub jawara di atas. Tapi dari pengamatan secara sekilas, masalah utama adalah faktor finansial. Bila kondisi keuangan klub berdarah-darah, tentu tak mungkin mempertahankan pemain dan pelatih yang berkualitas. 

Persik, Persiwa dan Persegres tidak punya basis pendukung sebanyak yang dimiliki Persib, Persija, Arema dan Persebaya. Tentu nilai jualnya di mata sponsor tidak setinggi klub-klub tersebut.

Tapi dengan uang pula, orang "gila bola" atau instansi yang punya "kendaraan" untuk mencari dana, menjadikan terciptanya jalan pintas untuk langsung main di Liga 1, dengan membeli klub elit yang lagi defisit. Itulah yang terjadi pada Bali United, Madura United, Bhayangkara FC dan PS Tira. 

Bahkan Mitra Kukar Tenggarong yang sudah lama main di level tertinggi kompetisi nasional, asal muasalnya adalah klub Niac Mitra Surabaya yang beberapa kali jadi juara galatama di dekade 1980-an. Demikian juga Sriwijaya FC yang dulu mengakuisisi Persijatim.

Beruntunglah klub-klub dengan basis suporter melimpah, andaipun ada investor baru yang masuk, nama klub dan hometown-nya tetap dipertahankan. Justru nama klub itu sendiri sudah punya nilai tinggi.

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun