Memperhatikan pola konsumsi makanan masyarakat perkotaan, secara gampang dapat dilihat bahwa kecendrungan makan di luar rumah semakin meningkat secara cepat. Ironisnya yang lebih disukai adalah makanan dari gerai cepat saji ala Eropa atau Amerika yang terlihat mendominasi.
Gerai makanan cepat saji seperti itu berkembang biak dalam waktu singkat dan sekarang sudah merambah sampai ke kota-kota kabupaten, bahkan ditemui pula di kota kecamatan tertentu yang relatif ramai.
Belakangan, makanan asing dari berbagai negara Asia turut pula menyemarakkan persaingan seperti makanan Jepang, Korea, Thailand, Timur Tengah, dan dari negara jiran Malaysia dan Singapura.
Tapi kekawatiran kita bahwa masyarakat akan meninggalkan makanan lokal, sejauh ini belum terbukti. Apalagi pelaku bisnis makanan lokal mulai meniru cara berbisnis modern dengan memakai sistem waralaba untuk melipatgandakan jumlah gerainya.
Dan yang menggembirakan, baru-baru ini lembaga penelitian yang terpercaya asal Australia, Roy Morgan, telah mengungkapkan hasil riset pasarnya tentang restoran terlaris di Indonesia.
Yang menarik, ternyata Restoran Sederhana yang menyediakan makanan dengan masakan Padang menempati posisi terlaris, diminati oleh 28,4 juta orang Indonesia.
Sedangkan di urutan berikutnya diraih oleh Kentucky Fried Chicken (24 juta orang), McDonald's (7,7 juta), Pizza Hut (6,5 juta), Solaria (3,2 juta) A&W (2,4 juta), D'Cost (2,4 juta), Hoka-hoka Bento (2,3 juta), Texas Fried Chicken (1,6 juta), dan Es Teler 77 (1,5 juta).
Dari persaingan 10 restoran terlaris di atas, harus diakui, meskipun pemuncaknya adalah makanan lokal, tapi jumlah gerai makanan cepat saji asal waralaba asing, jauh lebih banyak, yakni 6 dari 10 restoran. Selain Sederhana, yang termasuk waralaba lokal dari daftar di atas adalah Solaria, D'Cost, dan Es Teler 77.
Tapi bagaimanapun juga hasil riset tersebut pantas disambut gembira oleh pelaku bisnis kuliner lokal. Ini sebuah bukti bahwa di tengah gempuran makanan berbau asing, makanan lokal juga bisa berkembang, sepanjang didukung oleh kreativitas, baik dalam pengolahan makanan, maupun dalam penyajian dan promosinya.
Standar mutu makanan, standar gerai yang ditempati, dan standar pelayanan, adalah hal yang mutlak, yang harus mendapat sentuhan manajemen modern apabila waralaba lokal ingin lebih berkembang lagi.Â
Tak kalah pentingnya pula adalah menyiapkan kemasan yang kekinian, promosi yang tepat sasaran, termasuk promosi dan transaksi secara digital.Â
Jadi, bagi yang tertarik berwirausaha di bidang kuliner, jangan takut untuk memulai bisnis makanan lokal, termasuk makanan kecil atau cemilan, serta makanan khas di setiap kota, karena selalu diburu oleh pelancong domestik yang sering jalan-jalan.Â
Sedangkan bagi yang sudah terjun di bisnis ini, dan belum meraih hasil seperti yang diharapkan, jangan menyerah. Tak ada salahnya mengintip kunci sukses pebisnis yang telah berhasil, kemudian dimodifikasi untuk menemukan gaya sendiri.
Bagi yang telah berhasil, jangan pula terlena. Bisnis makanan sangatlah dinamis. Begitu tidak ada pengembangan baru, baik dari sisi rasa atau bumbu, ataupun dari sisi penyajian dan pelayanan, pesaing lain siap menggilas.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H