Mohon tunggu...
Irwan Rinaldi Sikumbang
Irwan Rinaldi Sikumbang Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

menulis untuk menikmati kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Warteg, Cinta Lama Bersemi Kembali

17 September 2018   10:13 Diperbarui: 17 September 2018   17:22 2225
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Franchise atau yang diterjemahkan dengan waralaba merupakan salah satu cara yang ampuh untuk mengembangbiakkan suatu usaha secara cepat dan menyebar di banyak tempat. Banyak sekali produk fast food yang menerapkan cara ini, di mana seseorang yang punya modal bisa membuka usaha menjual produk yang sudah punya nama, lengkap dengan standar operasionalnya, dengan memberikan imbalan kepada pemegang hak dari produk tersebut.

Kentucky Fried Chicken, McDonald's, Starbucks, adalah beberapa contoh produk yang mendunia dengan jumlah gerai yang berlipat ganda dalam waktu cepat dengan menerapkan sistem waralaba. Produk lokal Indonesia juga banyak yang mendulang sukses dengan konsep ini seperti Rumah Makan Sederhana, Es Teler 77, dan sebagainya, meskipun cakupannya masih bersifat nasional plus negara jiran.

Contoh terbaru dan mungkin tidak diduga banyak orang, ternyata sekarang  warung tegal (warteg) pun juga sudah  menerapkan sistem waralaba. Saya yang lumayan sering masuk keluar kampung di Jakarta, ketika melihat sebuah warteg dengan tampilan yang bersih, di kaca depannya tertulis nama wartegnya dengan rapi, sudah menduga bahwa warteg seperti ini bakal berkembang cepat.

Eh, ternyata di beberapa lokasi lain saya juga menemukan warteg dengan nama yang sama "Kharisma Bahari" serta sama pula tampilannya. Saya sudah curiga, ini pasti pakai sistem waralaba, karena kalau hanya dikelola oleh satu orang atau satu keluarga, tentu kapasitasnya tidak mencukupi.

Nah, jawabannya saya temui di Kompas Minggu (16/9) kemaren. Di bawah judul "Warteg Enggak Ada Matinya", Kompas menurunkan liputan yang luas tentang perkembangan warteg. Antara lain ditulis bahwa Warteg Kharisma Bahari adalah warteg pertama berkonsep waralaba.

Saat ini, Kharisma Bahari telah memiliki lebih dari 180 cabang di Jabodetabek dengan menerapakan sistem bagi hasil fifty-fifty tanpa royalti, sejak tujuh tahun lalu. Pendirinya adalah Sayudi atau lebih dikenal dengan Yudika (45 tahun), perantau asal Tegal. Yudika membuka diri ke investor lain, setalah kewalahan mengelola tiga warteg miliknya. 

Tribunnews. com (21/10/2017) mengisahkan bahwa Yudika, meskipun hanya lulusan SD, berhasil merancang warteg yang bersih dan nyaman, dan memasarkannya secara digital karena memiliki website sendiri. Selama ini cerita tentang warteg digital hanya sebatas lucu-lucuan saja karena disebut menerapkan sistem touch screen, maksudnya pembeli cukup menyentuh ujung jari telunjuknya di kaca ke arah lauk yang disukainya, maka si penjual akan sigap mengambilnya.

Saya yang lahir dan besar di Sumatera Barat, praktis baru mengenal warteg setelah menjadi warga ibukota sejak sekitar 30 tahun yang lalu karena diterima bekerja di sebuah perusahaan milik negara. 

Pengalaman pertama saya makan di warteg adalah di warung yang berada di  pinggir sebuah jalan kecil di kawasan Asembaris, Kebon Baru, Jakarta Selatan, dekat tempat saya menumpang tinggal di rumah paman. 

Saya langsung jatuh cinta pada pengalaman pertama tersebut, karena kecepatan siap sajinya sama dengan rumah makan Padang. Yang membuat cocok di lidah saya, karena menu yang ditawarkan sama dengan masakan rumahan yang lazim bagi orang Padang seperti saya.

Bagi orang luar Padang sering salah duga dengan mengira kalau di rumah-rumah orang Padang sehari-hari makanannya seperti yang ada di rumah makan Padang, seperti rendang, gulai ayam, dendeng, dan sebagainya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun