Dua bulan sebelum Asian Games dimulai, beberapa lagu yang menjadi theme song pesta olahraga terbesar se Asia tersebut, telah diperkenalkan kepada masyarakat luas.
Di antara lagu-lagu tersebut, yang paling populer adalah yang berjudul "Meraih Bintang" yang dibawakankan oleh penyanyi dangdut asal Surabaya yang lagi naik daun, Via Vallen.
Saking ngetopnya lagu tersebut, sampai saat ini telah ditonton 51 juta kali di YouTube. Meraih Bintang tidak hanya terkenal di Indonesia, tapi juga menarik bagi masyarakat di negara Asia lainya, sehingga beberapa penyanyi asing telah meng-cover lagu tersebut. Maka lahirlah "Meraih Bintang" dalam versi bahasa Inggris, Korea, Thailand, Hindi (India), Arab, dan Mandarin (Cina).
Lagu Meraih Bintang memang termasuk easy listening dan liriknya gampang diingat, apalagi banyak pengulangan "yo... ayo" yang mengundang orang untuk bergoyang.
Sampai-sampai Presiden Jokowi pun tergoda untuk bergoyang dayung (goyang ala gerakan atlet dayung sewaktu memacu perahunya) saat menyaksikan Via Vallen pada opening ceremony Asian Games, 18 Agustus lalu.
Sepanjang sejarah  Asian Games, agaknya Meraih Bintang layak disebut paling populer. Sebagai perbandingan, theme song Asian Games 2014 di Incheon, Korea Selatan, hanya ditonton sekitar 4 juta kali di YouTube, dan sekarang sepertinya sudah terlupakan.Â
Hanya theme song di beberapa kali event Piala Dunia Sepak Bola yang sampai bertahun-tahun kemudian, bahkan sampai sekarang, masih sering berkumandang, seperti "We are the Champions" milik grup musik rock dari Inggris, Queen, yang menjadi theme song Piala Dunia 1994, La Copa de la Vida (Ricky Martin, Piala Dunia 1998), dan Waka Waka (Shakira, Piala Dunia 2010).Â
Siapa tahu, Meraih Bintang, boleh jadi juga akan berumur panjang bertahan dalam memori publik. Tapi, ada satu hal yang jangan sampai terlupakan. Bila Via Vallen makin melambung popularitasnya, selayaknya kita juga memberikan apresiasi yang setimpal bagi penciptanya. Tanpa penciptanya, lagu tersebut tidak bakal lahir.
Nah, tahukah anda kalau "Meraih Bintang" tersebut diciptakan oleh putra kelahiran Pematang Siantar, Sumatera Utara, yang nama lengkapnya adalah Parlin Burman Siburian.
Lelaki berusia 48 tahun ini lebih dikenal dengan nama Pay, yang pernah bergabung di gup musik Slank sebagai gitaris sejak akhir dekade 1980-an sampai awal 90-an.Â
Kemudian Pay bersama istrinya Dewiq (pasangan ini menikah tahun 2001 dan bercerai 2007), lebih dikenal sebagai pencipta lagu-lagu hits yang dibawakan oleh para penyanyi papan atas di tanah air. Sejak 2010, Pay menikah dengan artis sinetron bernama Irene Anastasya Pricilia.
Meskipun Pay lebih banyak menciptakan lagu bergenre rock dan blues, ternyata ia piawai pula meracik lagu bernuansa dangdut seperti yang ia buktikan pada lagu Meraih Bintang. Dalam hal ini Pay dibantu oleh musisi lainnya yang dulu juga pernah menjadi manajer BIP, Rustam Rastamanis.Â
Maka kalau kita mendengar lagu Meraih Bintang, selain ingat dengan Via Vallen, selayaknya kita ingat pula dengan Pay dan Rustam. Jangan seperti beberapa lagu yang amat terkenal sebagai lagu pengiring olahraga senam, tapi seperti menelantarkan nasib nasib penciptanya.Â
Betapa ironis nasib Arie Sapulette, si pencipta lagu "Poco-poco". Ia menderita sakit berat justru saat tari Poco-poco diikuti oleh 65.000 penari di Monas dalam rangka pemecahan rekor dunia, di awal Agustus 2018 lalu. Â
Ada lagi lagu "Gemu Famire", yang mengajak pendengarnya bergoyang ke kiri dan ke kanan, dan sekarang lagi laku sebagai pengiring senam. Tapi penciptanya, Frans Cornelius, seorang guru kesenian di sebuah SMK di Maumere, Nusa Tenggara Timur, tidak begitu dikenal.
Pencipta lagu memang sering disebut sebagai orang di belakang panggung, kalah populer dari penyanyi yang membawakannya. Namun, bukan berarti layak untuk dilupakan begitu saja.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H