Lho, bakso kerikil itu ada sejarahnya. Begini, di tahun 1995, salah seorang pedagang bakso punya ide saat melihat anak-anak yang rewel padahal orang tuanya lagi asyik makan bakso. Nah, untuk anak-anak diberikanlah bakso berukuran kecil tersebut, yang apabila diacak-acak, tidak terlalu sayang. Eh, lama-lama para orang dewasa pun suka minta bakso kecil itu.
Warung Ronde (dok pribadi)
Kupat tahu sudah, bakso kerikil juga sudah. Sang pemandu mengajak mencari kios oleh-oleh. Baik di pusat kota, maupun di pinggir kota yang merupakan jalur kendaraan ke arah Semarang, banyak sekali toko oleh-oleh yang representatif.
Ada banyak makanan berupa cemilan yang menjadi oleh-oleh khas dari Magelang. Namun yang paling banyak dibeli oleh pelancong dari luar kota adalah gethuk yang terbuat dari singkong. Gethuk ini dibungkus dalam ukuran kecil dan terdiri dari tiga lapis, masing-masing berwarna putih, coklat dan merah muda. Sayangnya, gethuk ini masa layak konsumsinya hanya sekitar empat hari saja.
Senja di pusat kota Magelang (dok pribadi)
Sebelum kembali ke penginapan, kami masih belum puas, ingin menjajal minuman penghangat badan. Maka pilihan kami adalah Warung Ronde Miroso yang terletak di Jalan Medang.Â
Warung Ronde tersebut ternyata sudah punya sejarah panjang, sekarang agaknya dikelola oleh cucu dan cicit pendirinya, yang dari wajahnya terlihat saudara kita beretnis Tionghoa.
Lanskap Magelang (dok Bintoro)
Dulu, Presiden Soekarno merupakan pelanggan warung ronde tersebut, setiap beliau berkunjung ke Akademi Militer Magelang. Namun yang membuat Soekarno ketagihan justru sate pisangnya, yang juga menu utama di sana selain ronde. Â
Maka kami yang sebetulnya sudah kenyang, tadinya hanya ingin minum, tergoda untuk mencicipi sate pisang, yang konon hanya ada di Magelang. Sate pisang di warung Miroso, resepnya masih sama dengan saat dibuat oleh pendirinya yang membuat Presiden pertama kita ketagihan itu.
Hhmm, rasanya memang enak. Sate pisang tersebut diolah dari pisang kepok merah yang direbus, dipotong-potong, lalu ditusuk lidi sebagaimana layaknya sate ayam atau sate kambing. Dan ini dia yang bikin eanak, dilumuri saus santan kental yang manis gurih. Â Adapun rondenya itu sendiri, minuman dengan jahe dan sereh, Â juga tidak kalah nikmat. Bikin kami ingin nambah satu ronde lagi.
Oleh-oleh Magelang (dok pribadi)
Sebetulnya, masih banyak kuliner lainnya di Magelang, selain yang kami makan dan minum di atas. Tapi, ya, namanya perut, kan ada kapasitas maksimalnya. Lain kali kalau ke Magelang lagi, kami akan coba yang lainnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
Lihat Foodie Selengkapnya