Melancong ke Bali tidak lengkap kalau tidak menyaksikan sunset atau proses tenggelamnya matahari secara perlahan-lahan, dari terlihat bulat merah seutuhnya, tenggelam separo, sampai betul-betul hilang ditelan laut sejauh mata memandang.
Tentu ada faktor keberuntungan juga agar bisa melihat sunset yang sempurna. Maksudnya sering ada kendala cuaca yang menghambat. Meskipun tidak hujan, namun bila awan tebal menutup matahari, maka proses matahari terbenam tidak akan terlihat secara utuh.Â
Sebetulnya sepanjang pantai di sisi barat pulau Bali, berjejer tempat strategis buat menunggu mentari terbenam. Tanah Lot, Seminyak, Canggu, Double Six, Kuta, Jimbaran, Uluwatu, dan banyak lagi tempat sejenis, semuanya cocok untuk itu.
Ternyata di jam segitu, saat panas masih terik, telah ramai wisatawan, terutama bule, yang nongkrong di beberapa tempat. Yang terbanyak adalah di sebuah restoran yang cukup luas dengan bangunan terbuat dari kayu.
Mungkin karena dari restoran tersebut, lautan luas di bawahnya terlihat begitu biru, maka dinamakan Blue Point. Bisa jadi juga karena di sana lagi dibangun hotel yang dinamakan Blue Point.Â
Ada pula vila, spa, dan venue untuk pernikahan yang sering digunakan para selebriti lokal dan internasional yang ingin acara pernikahannya berlangsung secara eksklusif.
Tidak tahu mana yang lebih dahulu ada, nama pantai atau nama hotel. Nama aslinya sebetulnya Pantai Suluban, dan masih masuk Kecamatan Uluwatu, Kabupaten Badung. Tapi pelancong dan petunjuk di panduan wisata lebih banyak memakai nama Blue Point.Â
Namun suasana di pinggir jalan menuju pantai tersebut, meskipun berupa gang sempit, penuh dengan berbagai kios yang menjual minuman, cendera mata, penyewaan papan selancar, pakian, dan sebagainya. Memang suasana di gang tersebut cukup ramai, sehingga tepat untuk berjualan di sana.
Makanya di berbagai batu karang tersebut ramai sekali para pelancong saling berfoto, atau sekadar bermain. Kalau capek, ada banyak batu kecil tempat duduk buat istirahat sejenak, atau duduk di undakan anak tangga.
Mungkin saya sendiri butuh 30 menit untuk sampai lagi di atas, karena disela oleh dua kali istirahat. Selanjutnya kami memilih sebuah restoran yang tidak begitu ramai, untuk memesan minuman air kelapa muda.
Sampai mentari betul-betul hilang, para pelancong masih setia memandang refleksi warna kemerahan di ujung langit. Setelah gelap barulah sebagian pengunjung bergerak meninggalkan Blue Point. Tentu masing-masing sudah punya agenda di malam hari. Ada yang kembali ke hotel atau mencari makan malam, atau berbelanja. Suatu senja yang indah.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H