Mohon tunggu...
Irwan Rinaldi Sikumbang
Irwan Rinaldi Sikumbang Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

menulis untuk menikmati kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Nusa Penida, Obyek Wisata yang Lagi Booming di Bali

4 Agustus 2018   07:10 Diperbarui: 5 Agustus 2018   06:18 847
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Nusa Penida, ini adalah nama sebuah pulau yang dengan speed boat berjarak tempuh sekitar 1 jam dari pelabuhan Sanur, Bali. Pulaunya relatif kecil, meskipun jauh lebih besar bila dibandingkan dengan pulau-pulau yang ada di Kepulauan Seribu di utara Jakarta. Statusnya secara administrasi merupakan sebuah kecamatan di Kabupaten Klungkung yang beribukotakan Semarapura di daratan Bali.

Beberapa tahun terakhir ini, Nusa Penida menikmati gairah yang tinggi karena menerima banyak sekali wisatawan, baik lokal maupun mancanegara. Ya, Nusa Penida memang lagi booming dalam bisnis pariwisata Bali. Apalagi sejak putri Presiden Jokowi, Kahiyang Ayu memilih Nusa Penida sebagai salah satu lokasi foto prewedding-nya dengan Bobby Nasution, di bulan Oktober 2017 lalu.

Bertebarannya foto berbagai pantai di Nusa Penida yang eksotik di media sosial, menjadi magnet bagi berdatangannya turis melalui jalur laut. Setiap hari ada sekitar belasan perusahaan jasa angkutan laut, yang masing-masingnya mengoperasikan beberapa speed boat menempuh trayek Sanur - Nusa Dua pulang pergi. 

Anjungan berfoto di pantai kelingking (Dok pribadi)
Anjungan berfoto di pantai kelingking (Dok pribadi)
Biasanya, di sesi pagi sampai jam 11 siang, ramai sekali pelancong yang berangkat ke Nusa Penida.  Kemudian di sesi sore giliran pelancong yang kembali ke Sanur yang lebih padat. 

Saking padatnya, terutama di hari Sabtu dan Minggu, apabila calon penumpang memebeli tiket saat mau berangkat, tidak dijamin masih tersedia seat-nya.

Sebuah speed boat bermuatan sekitar 120 orang. Sekarang memang lagi ketat dalam arti pengelola armada speed boat tidak berani membawa penumpang melebihi kapasitasnya, karena sering adanya pemeriksaan dari pengawas sebagai buntut dari beberapa kali kecelakaan di laut, sungai atau danau, di beberapa tempat di tanah air. 

Padahal sebelumnya, biasa saja ada penumpang yang berdiri di kapal, tidak kebagian tempat duduk dan otomatis juga tidak kebagian pelampung misalnya terjadi apa-apa. Itu yang diceritakan petugas speed boat yang saya tumpangi, Sabtu (14/7/2018).

Adapun tarif sekali jalan sesuai yang tercantum di tiket adalah Rp 200.000 dan Rp 350.000 untuk pulang pergi. Namun untuk orang asing, tarifnya lebih tinggi, masing-masing Rp 350.000 dan Rp 550.000 untuk sekali jalan dan pulang pergi.

Sebaiknya calon pelancong ke Nusa Penida menggunakan jasa pemandu wisata dengan membeli paket tour. Hitung-hitungannya jadi lebih murah, dan bisa pula sekalian dengan sewa mobil selama di Nusa Penida serta makan siang. Kebetulan saya menggunakan pemandu wisata dari Iko Bali Tour dan tarif speedboat yang saya bayar cuma Rp 250.000 per orang untuk pulang pergi.

Angel beach (Dok pribadi)
Angel beach (Dok pribadi)
Dulu, sebelum booming, banyak orang yang enggan ke sana. Yang tersedia sebagai alat transportasi hanya kapal kayu dengan waktu tempuh sekitar tiga jam. Itupun penumpang harus kuat sport jantung saat kapal meliuk-meliuk diterjang ombak besar.

Jadi yang berwisata ke Nusa Penida dulu memang hanya berjiwa petualang saja, yang bernyali besar, atau yang betul-betul tertarik menyelami keaslian Bali. Nusa Penida relatif belum banyak "tercemar" dengan gaya hidup modern yang jamak kita temui di daratan Bali, khususnya di area wisata populer seperti Kuta, Sanur, Nusa Dua, dan sebagainya.

Namun dengan kondisi seperti itu, justru membuat citra Nusa Penida sebagai daerah tertinggal dan miskin semakin sulit dihapuskan. Apalagi tanahnya cenderung kering, sehingga pertanian tidak begitu berkembang, dan nelayan menjadi mata pencaharian utama. Hal ini membuat pulau itu sulit untuk dipromosikan.

Ombak memecah di angel beach (Dok pribadi)
Ombak memecah di angel beach (Dok pribadi)
Lalu, sekitar dua tahun lalu, menurut cerita pemandu wisata yang saya gunakan, ketika Bupati Klungkung dijabat oleh putra daerah Nusa Penida, mulailah dilakukan langkah terobosan. Pertama dengan mengangkat sebuah festival, kemudian berlanjut dengan beberapa kali acara touring mengelilingi Nusa Penida. 

Maka foto-foto dari acara di atas beredar di media sosial, yang banyak disukai orang terutama latar belakang keindahan alamnya. Beberapa stasiun televisi yang punya tayangan program traveling juga datang meliput. Nusa Penida mulai dikenal secara luas, dan bisnis pariwisata pun mulai menggeliat. 

Broken beach (Dok pribadi)
Broken beach (Dok pribadi)
Sesuai hukum ekonomi, "ada gula ada semut", maka banyak pengusaha transportasi laut yang menyediakan speed boat. Kemudian beberapa hotel dan homestay serta restoran mulai bermunculan. Jasa penyewaan mobil dan motor  juga berkembang amat pesat, dan banyak penduduk lokal yang berganti profesi dari nelayan atau petani jagung menjadi sopir sewaan, pemandu wisata, penjaga parkir, pekerja hotel dan restoran, dan sebagainya yang berkaitan dengan pariwisata.

Para wisatawan ada yang hanya datang tanpa menginap, cukup beberapa jam saja melihat beberapa obyek wisata utama. Tapi bila ingin menikmati sunrise dan sunset, maka mau tak mau harus menginap, minimal satu malam. 

Masjid di Penida (dok pribadi)
Masjid di Penida (dok pribadi)
Sayangnya, kondisi jalan raya di Nusa Penida terbilang sempit. Kalau dua kendaraan roda empat berpapasan, harus sangat berhati-hati. Ini membuat kendaraan tidak bisa melaju dengan kencang dan membuat macet, apalagi di beberapa tempat, jalannya "keriting".

Sering juga bila rombongan pelancong menggunakan beberapa mobil, jalanan jadi macet. Makanya turis bule lebih senang menyewa motor. Mobil dan motor sewaan banyak terdapat di pelabuhan tempat speed boat berlabuh.

Bule naik motor (dok pribadi)
Bule naik motor (dok pribadi)
Saya, karena tidak menginap, hanya punya waktu sekitar 4 jam saja di Nusa Penida. Sesuai saran dari pemandu wisata, saya memilih mengunjungi Kelingking Beach, Angel Beach dan Broken Beach.

Ketiga pantai tersebut semuanya menawan. Pantai Kelingking adalah obyek paling ramai, di mana dari atas ketinggian dapat dilihat semacam tebing berbentuk jari yang menjorok ke laut. 

Di sini bagi yang berfoto harus ekstra hati-hati, karena tidak ada pagar pembatas dari tempat ketinggian. Yang lebih aman adalah berfoto di anjungan yang ada, namun harus antri dan membayar Rp 5.000 per orang.

Macet di jalan sempit (dok pribadi)
Macet di jalan sempit (dok pribadi)
Pengunjung yang berani dapat turun ke pantai menyaksikan dari dekat bagaimana gulungan ombak menghantam tebing berbentuk kelingking itu tadi. Tapi jalan turun ke bawah berupa undakan yang seadanya, dan butuh waktu yang lama untuk sampai di pantai. Waktu yang lebih lama lagi diperlukan untuk  naik ke atas, ke tempat parkir kendaraan. 

Jadi bagi yang ingin turun, harus berpikir dua kali sambil bertanya dalam hati, kira-kira kuat gak untuk naik kembali? Ngos-ngosan sudah pasti. Lagi pula tingkat kecuramannya lumayan bikin was-was bagi yang tak biasa bertualang. 

Suasana tradisional Bali (Dok pribadi)
Suasana tradisional Bali (Dok pribadi)
Pantai Angel tidak kalah eksotik, dan karena tidak mengerikan untuk turun ke bebatuan di pinggir pantai, di sini banyak wisatawan yang berenang. Sedangkan Broken Beach tidak jauh dari Angel, sehingga sekali parkir kendaraan, bisa dapat dua obyek sekaligus, asal kuat berjalan kaki. 

Broken Beach letaknya agak tersembunyi, karena itu banyak dipakai untuk foto prewedding atau foto eksklusif dengan bantuan dari juru foto profesional. Di sini latar belakangnya adalah batu karang yang ada bolongannya yang menjorok di pantai tersebut.

Turun kapal (dok pribadi)
Turun kapal (dok pribadi)
Bagi pelancong yang beragama Islam tidak perlu kawatir di Nusa Penida. Meskipun sebagian besar penduduk Nusa Penida, sebagaimana orang Bali pada umumnya,  adalah penganut agama Hindu, tapi di dekat pelabuhan ada masjid untuk menunaikan kewajiban salat. Di sekitar masjid ini penduduknya berdarah Bugis dan disebut juga kampung muslim.

Suasana di kapal (dok pribadi)
Suasana di kapal (dok pribadi)
Begitulah kisah saya beberapa jam di Nusa Penida. Ada sedikit catatan tentang naik dan turun speed boat. Perlu kehati-hatian karena seperti yang saya alami, kapal berlabuh tidak kerapat ke pantai. Di pelabuhan Nusa Penida harus lewat jembatan kayu atau naik perahu lebih kecil.

Di Sanur lebih sulit lagi karena harus  melangkah di air laut setinggi betis. Celana panjang saya yang sudah digulung tetap basah. Dalam hal ini cara berpakaian turis bule, yang menurut kita kurang sopan, justru lebih pas dengan kondisi alam, yakni bercelana pendek, kaos, dan sandal karet.

Kapal ke Nusa Penida (dok pribadi)
Kapal ke Nusa Penida (dok pribadi)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun