Nusa Penida, ini adalah nama sebuah pulau yang dengan speed boat berjarak tempuh sekitar 1 jam dari pelabuhan Sanur, Bali. Pulaunya relatif kecil, meskipun jauh lebih besar bila dibandingkan dengan pulau-pulau yang ada di Kepulauan Seribu di utara Jakarta. Statusnya secara administrasi merupakan sebuah kecamatan di Kabupaten Klungkung yang beribukotakan Semarapura di daratan Bali.
Beberapa tahun terakhir ini, Nusa Penida menikmati gairah yang tinggi karena menerima banyak sekali wisatawan, baik lokal maupun mancanegara. Ya, Nusa Penida memang lagi booming dalam bisnis pariwisata Bali. Apalagi sejak putri Presiden Jokowi, Kahiyang Ayu memilih Nusa Penida sebagai salah satu lokasi foto prewedding-nya dengan Bobby Nasution, di bulan Oktober 2017 lalu.
Bertebarannya foto berbagai pantai di Nusa Penida yang eksotik di media sosial, menjadi magnet bagi berdatangannya turis melalui jalur laut. Setiap hari ada sekitar belasan perusahaan jasa angkutan laut, yang masing-masingnya mengoperasikan beberapa speed boat menempuh trayek Sanur - Nusa Dua pulang pergi.Â
Saking padatnya, terutama di hari Sabtu dan Minggu, apabila calon penumpang memebeli tiket saat mau berangkat, tidak dijamin masih tersedia seat-nya.
Sebuah speed boat bermuatan sekitar 120 orang. Sekarang memang lagi ketat dalam arti pengelola armada speed boat tidak berani membawa penumpang melebihi kapasitasnya, karena sering adanya pemeriksaan dari pengawas sebagai buntut dari beberapa kali kecelakaan di laut, sungai atau danau, di beberapa tempat di tanah air.Â
Padahal sebelumnya, biasa saja ada penumpang yang berdiri di kapal, tidak kebagian tempat duduk dan otomatis juga tidak kebagian pelampung misalnya terjadi apa-apa. Itu yang diceritakan petugas speed boat yang saya tumpangi, Sabtu (14/7/2018).
Adapun tarif sekali jalan sesuai yang tercantum di tiket adalah Rp 200.000 dan Rp 350.000 untuk pulang pergi. Namun untuk orang asing, tarifnya lebih tinggi, masing-masing Rp 350.000 dan Rp 550.000 untuk sekali jalan dan pulang pergi.
Sebaiknya calon pelancong ke Nusa Penida menggunakan jasa pemandu wisata dengan membeli paket tour. Hitung-hitungannya jadi lebih murah, dan bisa pula sekalian dengan sewa mobil selama di Nusa Penida serta makan siang. Kebetulan saya menggunakan pemandu wisata dari Iko Bali Tour dan tarif speedboat yang saya bayar cuma Rp 250.000 per orang untuk pulang pergi.
Jadi yang berwisata ke Nusa Penida dulu memang hanya berjiwa petualang saja, yang bernyali besar, atau yang betul-betul tertarik menyelami keaslian Bali. Nusa Penida relatif belum banyak "tercemar" dengan gaya hidup modern yang jamak kita temui di daratan Bali, khususnya di area wisata populer seperti Kuta, Sanur, Nusa Dua, dan sebagainya.
Namun dengan kondisi seperti itu, justru membuat citra Nusa Penida sebagai daerah tertinggal dan miskin semakin sulit dihapuskan. Apalagi tanahnya cenderung kering, sehingga pertanian tidak begitu berkembang, dan nelayan menjadi mata pencaharian utama. Hal ini membuat pulau itu sulit untuk dipromosikan.
Maka foto-foto dari acara di atas beredar di media sosial, yang banyak disukai orang terutama latar belakang keindahan alamnya. Beberapa stasiun televisi yang punya tayangan program traveling juga datang meliput. Nusa Penida mulai dikenal secara luas, dan bisnis pariwisata pun mulai menggeliat.Â
Para wisatawan ada yang hanya datang tanpa menginap, cukup beberapa jam saja melihat beberapa obyek wisata utama. Tapi bila ingin menikmati sunrise dan sunset, maka mau tak mau harus menginap, minimal satu malam.Â
Sering juga bila rombongan pelancong menggunakan beberapa mobil, jalanan jadi macet. Makanya turis bule lebih senang menyewa motor. Mobil dan motor sewaan banyak terdapat di pelabuhan tempat speed boat berlabuh.
Ketiga pantai tersebut semuanya menawan. Pantai Kelingking adalah obyek paling ramai, di mana dari atas ketinggian dapat dilihat semacam tebing berbentuk jari yang menjorok ke laut.Â
Di sini bagi yang berfoto harus ekstra hati-hati, karena tidak ada pagar pembatas dari tempat ketinggian. Yang lebih aman adalah berfoto di anjungan yang ada, namun harus antri dan membayar Rp 5.000 per orang.
Jadi bagi yang ingin turun, harus berpikir dua kali sambil bertanya dalam hati, kira-kira kuat gak untuk naik kembali? Ngos-ngosan sudah pasti. Lagi pula tingkat kecuramannya lumayan bikin was-was bagi yang tak biasa bertualang.Â
Broken Beach letaknya agak tersembunyi, karena itu banyak dipakai untuk foto prewedding atau foto eksklusif dengan bantuan dari juru foto profesional. Di sini latar belakangnya adalah batu karang yang ada bolongannya yang menjorok di pantai tersebut.
Di Sanur lebih sulit lagi karena harus  melangkah di air laut setinggi betis. Celana panjang saya yang sudah digulung tetap basah. Dalam hal ini cara berpakaian turis bule, yang menurut kita kurang sopan, justru lebih pas dengan kondisi alam, yakni bercelana pendek, kaos, dan sandal karet.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H