Masalahnya, bila kita berada dalam posisi belum punya kesuksesan seperti contoh sebelumnya (belum menikah meski sudah berumur, belum punya anak meski sudah menikah sekian tahun, belum punya pekerjaan, belum punya jabatan, dan sebagainya), perlukah gara-gara itu kita tidak mau bersilaturahmi dengan sanak famili dan karib kerabat?
Justru semain kita menghindar, semakin mental kita tertekan. Yang penting percaya diri saja, dan jawab dengan kalimat pendek bernada diplomatis, kemudian segera balik bertanya persoalan lain untuk mengalihkan topik pembicaran. Artinya jangan biarkan larut dengan topik yang kita alergi membahasnya.Â
Seseorang yang sudah menganggur lama meskipun bergelar sarjana, bisa saja menjawab: "masih berjuang, mohon doanya" saat ditanya bekerja di mana. Seorang suami yang baru terkena PHK namun istrinya masih bekerja, dengan senyum bisa menjawab :"antar jemput istri" sebagai aktivitas sehari-harinya.
Demikian pula mantan pejabat yang baru memasuki masa pensiun. Gak perlu berapi-api menceritakan kejayaan masa lalunya, yang malah bisa dinilai sebagai penderita post power syndrome. Santai aja bilang jadi MC alias momong cucu, bila ada yang bertanya apa kegiatannya sekarang.Â
Memang akan lebih "berbunyi" bila masih punya kegiatan yang produktif seperti berkebun, ikut komunitas tertentu sesuai hobi, pengurus yayasan agama atau sosial, mengajar di perguruan tinggi swasta, dan sebagainya, yang menjadi "pelepas tanya".Â
Maksudnya, bila ada yang bertanya, sudah punya jawaban yang mantap, meskipun kegiatan tersebut hanya dijalani satu atau dua hari saja dalam seminggu. Namun, momong cucu pun, asal diucapkan dengan percaya diri disertai senyum mengembang, tetap mendapat respek dari si penanya.Â
Jadi, bersilaturahmi itu penting, bahkan banyak yang mengatakannya memperpanjang umur. Tak perlu kecil hati dengan kondisi kita yang kurang menguntungkan.Â
Siapa tahu dari awalnya sekadar silaturahmi bisa menjadi langkah pembuka untuk mendapat jodoh, pekerjaan, dan hal lainnya yang selama ini belum tercapai. Semakin banyak bersilaturahmi, semakin banyak pula informasi baru yang mungkin bermanfaat bagi kita.
Demikian saja, selamat berlebaran bagi pembaca yang merayakannya
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H