Mohon tunggu...
Irwan Rinaldi Sikumbang
Irwan Rinaldi Sikumbang Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

menulis untuk menikmati kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Pertanyaan Basa-basi Saat Berlebaran yang Perlu Jawaban Diplomatis

13 Juni 2018   15:07 Diperbarui: 13 Juni 2018   15:08 995
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Lebaran tahun ini sudah di depan mata. Di hari raya tersebut, menyambung silaturahmi dengan famili, tetangga, atau sahabat, menjadi tema utama. Kalau tidak didatangi, ya mendatangi, meskipun bila memang tidak memungkinkan untuk bertemu langsung, saling kontak melalui dunia maya juga gampang dilakukan.

Bila bertemu langsung, maka sudah barang tentu antara tamu dan tuan rumah, ada semacam pertukaran bahan pembicaraan. Namun awalnya lazim dimulai dengan sejumlah pertanyaan yang sifatnya basa basi. 

Yang namanya basa basi seharusnya tidak rumit untuk menjawabnya, bisa dengan basa basi pula. Seperti pertanyaan tentang apakah sehat-sehat saja, seharusnya tanpa dijawab pun, sudah terlihat dari fisiknya. Kalau lagi sakit tentu mereka tidak bisa berbincang-bincang dengan nyaman.

Tapi pertanyaan yang timbul karena penampilan fisik, bisa juga jadi merusak hati yang ditanya. Contohnya, sering seseorang bertanya kepada lawan bicaranya: kok makin gemuk aja? Lagi hamil ya? Atau, kok makin botak aja? Wah, jenggotnya makin panjang nih.

Maksudnya sih mungkin bercanda atau semacam ice breaking dalam teori kominikasi. Namun, kalau yang ditanya tidak suka dengan pertanyaan tersebut, sebaiknya tidak perlu menjawab, cukup senyum saja. 

Masih berkaitan dengan fisik, sebaliknya tentu ada pertanyaan atau pernyataan yang menyejukkan seperti ini; makin cakep aja nih, apa sih rahasianya kok tampaknya awet muda, dan yang sejenis dengan itu. Yang ditanya pasti tersanjung dan komunikasi selanjutnya menjadi lancar.

Nah, sekarang masuk ke inti persoalan, yakni adanya pertanyaan yang mungkin basa basi dan bersifat standar, namun bagi orang-orang tertentu "alergi" mendengarnya. Sampai-sampai orang seperti ini cenderung tersiksa di saat lebaran dan memilih mengurung diri di kamarnya.

Seorang perempuan yang masih melajang  di umur sudah kepala tiga atau lebih dari itu, umumnya bosan kalau ditanya kapan mau menikah, kapan mau ngundang, mana nih pasangannya, atau kalimat lain yang senada. Bagi perempuan yang sudah berumah tangga bertahun-tahun namun masih belum punya momongan, akan ngeri bila ditodong pertanyaan tentang berapa orang anaknya.

Seorang mahasiswa "abadi" pasti gelagapan bila ditanya bagaimana kuliahnya? (padahal udah di ujung tanduk, terancam drop out).  Atau setelah lulus sarjana tapi masih belum dapat pekerjaan, maka ia ketakutan saat ditanya bekerja di mana? Sudah bekerja pun, apabila karirnya slow saja, akan takut ditanya sekarang memegang apa (maksudnya jabatannya apa) di kantor.

Namun tentu saja ada orang yang sangat siap bila ditanya sesuatu, bahkan tanpa ditanya pun dengan senangnya berbagi cerita. Contohnya adalah mereka yang karirnya di kantor lagi menanjak. Pengalamannya sampai sukses meraih posisi yang tinggi, tugas-tugasnya, perjalanan dinasnya ke luar negeri, akan menjadi sumber cerita yang bisa sulit untuk dihentikan.

Demikian pula orang tua yang anak-anaknya sukses diterima kuliah di perguruan tinggi terkenal, atau baru diwisuda sudah dapat pekerjaan di tempat yang bonafide. Pokoknya bila ada sesuatu yang mengandung arti kesuksesan, maka berlebaran adalah ajang yang pas untuk mendapat pengakuan orang lain atas kesuksesan tersebut.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun