Kesimpulannya, dalam bepergian kita harus selalu siap memebawa beberapa lembar uang receh. Banyak tempat yang seharusnya dipakai atau dilewati secara gratis, tapi ternyata memerlukan pengeluaran ekstra. Banyak pula tempat yang sudah memakai tarif resmi tapi perlu membayar tip di luar tarif resmi tersebut.
Kalau ditarik dalam spektrum yang lebih luas, pancing memancing memang sudah menjadi bagian dari budaya kita. Makanya keahlian tukang pancing ini bukan spesialisasi penjaga toilet, tukang parkir, atau pak ogah saja.Â
Justru cara ini telah lama dilakukan oleh tenaga pemasaran di perusahaan properti yang memajang gambar rumah yang dijualnya tapi beberapa unit ditulisi sold (telah terjual), pengusaha yang memberi hadiah kepada pejabat agar mendapat proyek, biro perjalanan umroh yang menggratiskan artis untuk umroh asal dipajang di akun media sosial si artis, politisi yang membagi uang atau sembako saat "serangan fajar" agar mendulang suara dalam pemilu, provokator yang memancing kerusuhan, serta banyak contoh lainnya yang terlalu panjang kalau dituliskan satu persatu. Merekalah yang sesungguhnya pantas dijuluki sebagai tukang pancing sejati.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H