Mohon tunggu...
Irwan Rinaldi Sikumbang
Irwan Rinaldi Sikumbang Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

menulis untuk menikmati kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Syamsir Alam, Layu di Lapangan, Berkembang di Dunia Hiburan

17 April 2018   14:26 Diperbarui: 17 April 2018   14:37 1555
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Syamsir Alam di sebuah acara televisi (dok. HitsBanget.com)

Baru-baru ini saya menonton acara My Trip My Adventure dari sebuah stasiun televisi, yang kebetulan lagi menayangkan petualangan di Kepulauan Kei, Maluku Tenggara. Salah satu host-nya ternyata adalah Syamsir Alam, pesepak bola yang bersinar saat remaja, pernah memperkuat timnas U-14 sampai U-23. Namun menginjak usia dewasa, pria kelahiran Bukittinggi, Sumatera Barat, tahun 1992 ini, terlalu cepat "layu" di lapangan hijau.

Untung sekali Syamsir dikarunia tongkrongan yang tergolong tampan. Maka lelaki yang sering diberitakan media infotainment gonta ganti pacar yang semuanya dengan kalangan artis ini, tidak butuh waktu lama untuk beradaptasi di dunia selebriti. Tampaknya ia sangat menikmati dunia barunya ini.

Publik sepakbola boleh jadi menyayangkan langkah yang diambil Syamsir Alam. Dulu ia digadang-gadang akan menjadi penerus Kurniawan Dwi Yulianto atau Bambang Pamungkas, karena posisinya di lapangan adalah striker,sama dengan posisi si kurus (julukan bagi Kurniawan) dan Bepe (Bambang Pamungkas, sampai sekarang di usia 37 tahun masih membela Persija).

Tapi tentu saja setiap orang berhak memilih profesi yang ditekuninya, termasuk juga berpindah profesi demi masa depannya sendiri. Lagi pula saat terakhir berkarir sebagai pemain klub yang bermain di Liga 1, Syamsir selalu menjadi penghuni bangku cadangan. 

Banyak sebetulnya pemain berkaki emas yang pensiun dini. Tapi semuanya rata-rata karena menderita cedera parah yang memerlukan waktu pemulihan yang begitu lama. Memang sepakbola salah satu olahraga yang berisiko tinggi. Namun, Syamsir Alam bukan cedera, hanya saja kalah bersaing dengan pemain lain.

Kalau saja ia mau sedikit menurunkan statusnya menjadi pemain klub Liga 2, bisa jadi jam bermainnya akan lebih banyak, sehingga berkesempatan untuk unjuk prestasi. Bahkan bukan tidak mungkin setelah itu ia bisa comeback ke klub liga 1. Namun peragulan Syamsur yang luas dengan para selebriti telah merubah haluan hidupnya. 

Apakah sia-sia pengalaman masa remajanya yang malang melintang di klub Penarol (Uruguay), DC United (Amerika Serikat) dan CS Vise (Belgia)? Kalau ia memilih jadi selebriti sepakbola seperti komentator pertandingan pada siaran langsung atau jadi duta dari produk olahraga ke sekolah-sekolah sepakbola, maka ilmu yang telah diperolehnya masih bermanfaat bagi orang lain.

Sejarah hidup Syamsir Alam pasti berguna bagi bintang pesepakbola remaja saat ini seperti Egy Maulana Vikri, atau yang mulai bermain di level senior seperti Evan Dimas. Bahwa ternyata agar bisa tampil bagus secara konsisten, atau lebih bagus lagi bila ada peningkatan performa dari tahun ke tahun, bukan soal mudah. Bakat saja tidaklah cukup.

Ada godaan yang gampang membuat calon bintang di masa depan terlena, yakni godaan popularitas. Pemain berusia remaja mudah larut dengan puja puji yang dialamatkan pada dirinya. Ia terbuai ketika kamera televisi sering menyorot wajahnya. Lalu permintaan untuk wawancara datang bertubi-tubi. Seyogyanya pihak media mampu menahan diri untuk tidak melakukan publikasi yang berlebihan, yang justru berpotensi "membunuh" masa depan pemain.

Maka bila Egy dapat kontrak untuk bermain di sebuah klub di Polandia, tanpa mengurangi apresiasi terhadap pencapaiannya saat ini, jelas belum layak untuk digembar-gemborkan. Silakan diberitakan, tapi secukupnya saja. Nanti, seandainya (dan kita memang sangat mengharapkan) Egy mampu menembus klub elit Eropa yang bermain di liga tertinggi di negara Inggris, Spanyol, Italia, Perancis, atau Jerman, itu baru namanya top markotop. 

Kita tak pernah kekurangan pesepakbola remaja berbakat besar, yang tersebar dari Aceh sampai Papua. Di beberapa turnamen usia muda yang digelar di Eropa, Indonesia mampu berbicara banyak. Sayangnya, begitu bertarung di level senior, untuk level Asia Tenggara saja, kita masih belum mampu jadi yang terbaik. 

Syamsir Alam adalah salah satu contoh pemain yang bersinar di kala remaja, dan layu saat dewasa. Mudah-mudahan akan muncul banyak pemain yang cemerlang di saat remaja, dan makin berkibar di saat dewasa, sehinga mampu mendongkrak prestasi sepak bola nasional.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun