Sebuah acara kontes penyanyi dangdut yang diikuti wakil dari semua provinsi, dan ditayangkan secara  liveoleh salah satu stasiun televisi, telah menjadi hiburan bagi para penggemar dangdut setiap malam.Â
Bayangkan, di acara yang dinamakan Liga Dangdut Indonesia (LDI) ini, selama 34 malam pertama (satu malam setiap provinsi) masih dalam tahap nominasi, yakni mencari yang paling populer dari 5 penyanyi yang lolos audisi tingkat provinsi. Pemenangnya adalah yang terbanyak mendapat SMS yang sekaligus menjadi wakil setiap provinsi pada tahap berikutnya.
Saat tulisan ini disusun, semua provinsi telah selesai unjuk kebolehan setelah penampilan wakil-wakil dari Papua, Minggu (4/3) malam. Belum begitu jelas seperti apa format acara di babak selanjutnya.
Cukup adil rasanya bila masing-masing provinsi punya satu wakil. Jadi tak ada provinsi unggulan yang mendapatkan keistimewaan dengan jatah peserta yang banyak. Dalam blantika musik tanah air, para penyanyi dangdut profesional mayoritas memang berasal dari Pulau Jawa. Tapi itu lebih karena akses mereka ke produser musik yang lebih gampang saja.Â
Pantai utara (Pantura) Jawa, sangat terkenal dengan atmosfir dangdut yang luar biasa. Namun hal yang sama juga cepat menyebar ke seantero negeri.
Ternyata orang dari pelosok bila diberi kesempatan, mampu bersaing dengan pedangdut Jawa. Buktinya, di beberapa kali ajang serupa sebelumnya, saat masih bernama DA (Dangdut Akademi), juaranya pernah yang  berasal dari kota kecil di Kalimantan dan juga dari kota kecil di Sulawesi.
LDI menuai banyak pujian dari pejabat daerah, bahkan juga dari beberapa anggota Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) Pusat yang sempat menyaksikan acara tersebut di studio. Yang jelas moto LDI sebagai "seni yang menyatukan bangsa" teraktualisasikan dalam acara tersebut.
Faktor plus dari LDI adalah diberikannya wadah bagi provinsi yang selama ini jarang terdengar namanya di telinga orang Jakarta, umumnya provinsi baru hasil pemekaran di kawasan timur, seperti Kalimantan Utara, Sulawesi Barat, Gorontalo, Â Maluku Utara, dan Papua Barat
Hebatnya, setiap daerah lumayan kreatif menyisipkan materi budaya setempat pada tayangan LDI. Mulai dari pakaian, tarian, makanan dan juga souvenir. Acara budaya tradisional bisa dikemas secara ngepop, sehingga tidak membosankan penonton berusia muda.Â
Tak heran acara yang berdurasi 5 sampai 6 jam ini, banyak sekali sponsornya. Setiap jeda iklan bisa berlangsung selama 10 menit. Belum lagi iklan terselubung yang diselipkan saat para pembawa acara, juga komentator yang terdiri dari beberapa penyanyi senior, saling bertukar kalimat lucu.
Nah, masalahnya adalah, Â komentator (di LDI disebut sebagai anggota Dewan Dangdut) itu tadi, beberapa kali kepleset dalam mengomentari penampilan atau kualitas bernyanyi seorang peserta. Padahal ini adalah siaran langsung yang tidak bisa diedit.