Apakah ilmu pertaniannya sia-sia? Menurut saya tidak, karena bagaimanapun ilmu tersebut tetap bermanfaat. Bankir yang mengerti pertanian pasti lebih punya pemahaman dalam memberikan kredit ke sektor pertanian. Demikian pula wartawan, toh dengan kemasan berita yang menarik, bidang pertanian bisa menjadi topik bahasan.
Sejak dikukuhkan menjadi Sarjana Matematika dari Kampus Institut  Teknologi Sepuluh November (ITS) Surabaya pada tahun 1989, Desemba  Sagita Titaheluw tidak pernah menemukan pekerjaan sesuai dengan bidang  keilmuannya, hingga akhirnya menemukan kesamaan cara berpikir matematika dengan seni lukis yang saat ini mulai ditekuninya. Maksudnya cara penyederhanaan suatu masalah dengan menggunakan simbol-simbol seperti yang ada di pelajaran Matematika, sebetulnya juga membantu seorang pelukis.
Dari tangan Dewi Lestari lahirlah beberapa novel yang bergenre fiksi ilmiah, seperti novel Supernova yang sarat dengan istilah fisika. Erwin Gutawa, lulusan arsitektur UI, sekarang terkenal sebagai musisi yang memimpin sebuah orkestra. Jelaslah, ilmu-ilmu eksakta bukanlah ilmu yang "kering" yang tidak bisa akrab dengan dunia kesenian.
Kesimpulannya, Matematika dan pelajaran lainnya yang tergolong sulit bagi kebanyakan pelajar, bukan hanya diperlukan ilmuwan saja. Seniman sekali pun tetap perlu ilmu Matematika, minimal  Matematika level dasar.Â
Dalam konteks anak sekolah, tumbuhkan minatnya agar bergairah belajar semua mata pelajaran, termasuk Matematika. Barulah di saat menerima ijazah, bila nilai Matematikanya rendah, besarkan hatinya dengan mengatakan banyak contoh orang sukses, meskipun saat sekolah tidak jago Matematika.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H