Mohon tunggu...
Irwan Rinaldi Sikumbang
Irwan Rinaldi Sikumbang Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

menulis untuk menikmati kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Masjid Bergaya Unik Semakin Banyak

22 Agustus 2017   17:24 Diperbarui: 31 Agustus 2017   13:46 5992
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Masjid di Hotel Sahid Jakarta

Setiap melakukan perjalanan, sebagai seorang muslim, setiap datang waktu untuk menunaikan shalat, saya selalu mencari masjid terdekat. Di samping melakukan ibadah, saya juga biasanya mengitari masjid untuk menikmati arsitekturnya.

Selama ini ciri-cari bangunan masjid relatif seragam yang ditandai adanya atap berbentuk kubah serta menara yang mengapit bangunan utama. Namun sejak beberapa tahun terakhir ini bermunculan masjid-masjid cantik bergaya unik, yang secara sepintas tidak terlihat seperti masjid karena tidak ada kubahnya, atau kubahnya tidak bergaya mainstream setengah lingkaran.

Masjid unik yang cantik tersebut tidak selalu masjid besar dan megah yang berstatus masjid agung atau masjid raya yang biasanya terletak di alun-alun sebuah kota. Justru kebanyakan masjid raya, meskipun megah, ciri kubahnya yang cenderung konvensional sebagai penanda masjid tetap ada, bahkan kubahnya berukuran jumbo.

Ada juga masjid raya yang tanpa kubah. Itulah yang terlihat di Padang, Sumatera Barat. Masjid Raya Sumatera Barat yang mampu menampung belasan ribu jamaah ini, atapnya melengkung mirip atap rumah gadang atau rumah adat Minang.

Masjid unik bergaya kontemporer justru lebih mudah ditemui di tempat-tempat yang "tidak biasa". Contohnya adalah di areal pengisian bahan bakar untuk kendaraan, di rest area di jalan tol, di halaman perkantoran, di kawasan pusat bisnis, di kampus atau pusat pendidikan dan pelatihan, di hotel, dan sebagainya.

Saya sebut tempat "tidak biasa", maksudnya masjid bukanlah gedung utama, melainkan sebagai sarana atau fasilitas pendukung bagi pengunjung gedung utama. Sangat berbeda dengan masjid raya, masjid adalah "aktor utama" sedangkan bila ada kantin di belakang masjid, maka kantin adalah sarana pendukung.

Jelaslah, dengan bertebarannya masjid di mana-mana, saat ini tak ada alasan lagi bagi kaum muslimin dan muslimat untuk melalaikan ibadah salat. Boleh saja kita asyik dengan urusan duniawi di mal, hotel, kampus, kantor, dan sebagainya. Tapi begitu kumandang azan bergema, bersegeralah ke masjid terdekat.  

Dan alangkah nikmatnya masjid mungil nan menawan, bersih, toilet dan tempat wudhu nyaman. Itu bahkan sekarang menjadi bagian dari strategi bisnis. Lihatlah rest area di jalan tol, yang masjidnya oke punya, pasti pengunjung membludak sehingga jajanan di sekitar masjid pun laris.

Bila kesalehan beribadah sebagai dimensi hubungan manusia dengan Sang Pencipta sudah pada taraf yang khusu', maka seyogyanya akan berbuah pula pada kesalehan sosial antar sesama manusia, antara lain terwujud pada tindakan atau ucapan saling menghargai, termasuk kepada saudara-saudara yang mempunyai keyakinan lain.

Pembaca, dari dokumen pribadi, saya sajikan foto enam buah masjid pada tulisan ini, yakni Masjid Nurul Iman di Hotel Sahid Jakarta, Masjid Al Safar di salah satu rest area jalan tol Bandung-Jakarta, Masjid di halaman Kantor Pusat Bank Riau di Pekanbaru, Masjid Al Jabar di Kampus Jatinangor, Jawa Barat, Masjid Raya Sumatera Barat di Padang, dan Masjid Al Kautsar di Lembaga Pendidikan dan Pengembangan Perbankan (LPPI) di Kemang, Jakarta.

Masjid Al Safar di jalan tol Bandung-Jakarta (dok pri)
Masjid Al Safar di jalan tol Bandung-Jakarta (dok pri)
Masjid di halaman Bank Riau, Pekanbaru
Masjid di halaman Bank Riau, Pekanbaru
Masjid Al Jabar di Jatinangor Bandung (dok pri)
Masjid Al Jabar di Jatinangor Bandung (dok pri)
Masjid Raya Sumbar dengan Atap Rumah Gadang (dokpri)
Masjid Raya Sumbar dengan Atap Rumah Gadang (dokpri)
Masjid Al Kautsar di LPPI Kemang, Jakarta (dok pri)
Masjid Al Kautsar di LPPI Kemang, Jakarta (dok pri)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun