Mohon tunggu...
Irwan Rinaldi Sikumbang
Irwan Rinaldi Sikumbang Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

menulis untuk menikmati kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Mari Berkunjung ke Museum Nasional

21 Mei 2017   11:44 Diperbarui: 21 Mei 2017   13:30 1514
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Musium Nasional sebetulnya boleh disebut sebagai "mbah"-nya semua museum di tanah air, makanya layak menyandang label nasional. Hal ini tidak saja karena didukung oleh latar belakang sejarahnya yang lebih dari dua abad, tapi juga karena luasnya museum serta jumlah koleksinya yang amat banyak.

Ironisnya, jangankan orang daerah, orang yang sudah lama tinggal di Jakarta pun, banyak yang tidak kenal museum ini. Padahal mereka banyak yang sering melewatinya karena terletak di jantung kota, tepatnya di Jalan Medan Merdeka Barat nomor 12, Jakarta Pusat. Mungkin karena letaknya relatif dekat dengan Monumen Nasional (Monas) yang menjadi ikon ibukota, maka masyarakat jauh lebih mengenal Monumen Nasional ketimbang Museum Nasional.

Kondisi kurang dikenal tersebut harus bisa disiasati oleh pengelola museum. Sekiranya dibangun gerbang museum yang eye-catching dan telihat dari jauh dengan ukuran tulisan besar, tentu akan memancing minat masyarakat untuk mengenal lebih jauh.

Harus diakui, pengelola sudah mempunyai banyak program untuk menarik pengunjung. Sebagai contoh, sekarang ini, dari tanggal 18 sampai 24 Mei 2017 berlangsung festival dalam rangka International Museum Day. Acaranya antara lain pertunjukan musik, workshop, talkshow, art exhibition, film screening, kids program, dan bazar. Namun gaungnya acara ini relatif kurang nendang.

Museum Nasional menarik bayaran bagi setiap pengunjung yang relatif murah, yakni Rp 5.000 per orang dewasa dan Rp 2.000 untuk anak-anak. Tapi kalau datang dalam satu rombongan minimal 20 orang, hanya Rp 3.000 untuk dewasa dan Rp 1.000 untuk anak-anak. Khusus turis asing dikenakan tarif Rp 10.000 per orang. Museum dibuka setiap hari (kecuali Senin dan hari besar resmi) dari jam 08.00 sampai 16.00. Khusus di hari Sabtu dan Minggu ditutup jam 17.00.

Kalaupun sedang tidak ada acara khusus, jangan khawatir. Di museum seluas 26.500 M2 ini terdapat 141.000 benda bernilai sejarah  yang terdapat di Gedung A dan Gedumg B. Gedung A adalah gedung lama yang dulu dikenal sebagai Gedung Gajah, karena di halaman depannya ada patung gajah yang terbuat dari perunggu, hadiah dari Raja Rama V dari Thailand yang pernah berkunjung ke museum tahun 1871.

Sedangkan Gedung B terdiri dari 7 lantai, 4 lantai di antaranya untuk museum, yang diresmikan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono tanggal 20 Juni 2007. Lantai lainnya digunakan untuk kantor, ruang konferensi, laboratorium, perpustakaan, dan lain-lain. Benda-benda museum terdiri dari beberapa kelompok, seperti taman arkeologi, pra sejarah, rumah adat, manusia dan lingkungan, ilmu pengetahuan dan teknologi, organisasi sosial, dan khazanah emas.

Dengan museum yang luas, dan tersedianya fasilitas pendukung yang memadai seperti ruang parkir, toilet, mushalla, kantin, dan taman, maka pengunjung bisa nyaman dan betah berlama-lama di museum. Jadi tidak ada alasan masyarakat, khususnya yang lagi berada di Jakarta, untuk tidak berkunjung agar mengenal lebih jauh Museum Nasional. 

Sebagai masukan, Museum Nasional mungkin perlu belajar dari Bank Indonesia yang sukses menghadirkan museum tentang ke-bank sentral-an di kawasan Kota Lama, Jakarta. Padahal di kawasan tersebut ada beberapa museum, tapi yang paling mantap dengan sentuhan manajemen modern seperti museum di negara maju, dan ramai dikujungi adalah museum yang dikelola Bank Indonesia.

Sebetulnya ada lagi museum pendatang baru yang paling sukses yakni Musium Angkut di Batu, Jawa Timur. Tapi musium ini terlalu komersial, mungkin kurang pas sebagai benchmark bagi pengelolaan Musium.Nasional. Namun bagaimana cara Musium Angkut merancang titik tertentu agar bagus secara fotografi, perlu ditiru.

Kalau saja di media sosial bersliweran foto pengunjung di Museum Nasional, pasti akan menjadi alat promosi gratis yang ampuh menarik lebih banyak pengunjung. Makanya kebijakan pengelola yang melarang mengambil foto di ruang pamer benda-benda yang terbuat dari emas dan keramik, sebaiknya ditinjau ulang. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun