Mohon tunggu...
Irwan Rinaldi Sikumbang
Irwan Rinaldi Sikumbang Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

menulis untuk menikmati kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Sejumlah Profesi Terancam Hilang

3 Mei 2017   17:38 Diperbarui: 5 Mei 2017   16:26 1315
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Judul tulisan ini saya ambil dari judul berita utama Kompas hari ini (3/5). Isinya tentang terciptanya kecerdasan buatan yang telah mengambil alih pekerjaan yang dilakukan secara berulang. Operator mesin, perencana teknik, operator pemeliharaan, bahkan sampai kepada akuntan dan dokter, fungsinya dapat diambil alih oleh sistem pakar dalam kecerdasan buatan.

Michael Osborne, profesor dari University of Oxford, sebagaimana ditulis oleh Kompas, memprediksi bahwa 47 persen dari 702 jenis pekerjaan di Amerika Serikat di tingkat bawah akan diambil alih oleh komputer dua dekade ke depan. Sedangkan di Indonesia, menurut laporan ILO (Organisasi Buruh Internasional), pekerja yang paling berpotensi tergusur adalah pramuniaga sebanyak 14 juta orang, bagian administrasi 1,7 juta orang, buruh bangunan 2,1 juta orang dan penjahit pakaian 1,1 juta orang.

Saya langsung membayangkan suatu hal yang mengerikan. Orang-orang yang sekarang berstatus pegawai dari sebuah perusahaan, akan terkena pemutusan hubungan kerja secara masal. Padahal yang masih menganggur mengantri untuk dapat bekerja di perusahaan-perusahaan. Namun tentu kalau kita memandang secara positif, selalu ada peluang di balik ancaman. Sekarang saja sebetulnya ada banyak profesi atau jenis bisnis yang terkubur dan digantikan oleh profesi atau jenis bisnis baru yang berkembang dahsyat.

Dulu warung telepon (wartel) tumbuh menjamur, sekarang berganti warung internet (warnet). Telegram sudah mati dan faksimili sudah sekarat. Kantor pos tidak lagi dipenuhi pelanggan yang mengirim surat atau kartu pos, tapi masih eksis dengan beralih ke pelayanan ekspedisi.

Dulu juragan becak termasuk orang kaya, lalu berpindah ke juragan angkot atau taksi. Sekarang angkot dan taksi mulai terkapar oleh ojek dan mobil yang dipesan memakai aplikasi dalam jaringan (daring). Dulu agen penjual tiket pesawat sempat menjamur, sekarang calon penumpang cukup dengan gawai di tangan sudah bisa terbang.

Alat transportasi adalah kebutuhan manusia yang ada di segala masa. Hanya moda transportasi dan pelayanannya yang berkembang sesuai perkembangan teknologi. Seseorang yang tinggal di Jakarta yang ingin ziarah ke makam orang tuanya di kampung, tak mungkin hanya dengan mengetik di gawai, lalu sim salabim langsung sampai di kampungnya. Tetap butuh pesawat terbang, bis, atau kapal laut.

Kebutuhan mendasar nanusia adalah makanan, pakaian, dan tempat tinggal. Maka bisnis atau profesi yang terkait dengan hal tersebut tetap abadi tidak tergerus zaman. Setiap orang pasti butuh makan, dan tidak akan kenyang hanya dengan menerima email bergambar makanan. Manusia tidak bisa makan dan minum secara daring, tapi bisa memilih makanan dan memesannya melalui aplikasi.

Demikian pula pakaian, tidak ada orang yang tidak butuh. Hanya proses memperolehnya yang berbeda. Tidak perlu datang ke toko pakaian, tapi cukup klik gawai saja. Konsultasi kesehatan, psikologi, atau bisnis pun, tinggal ketik di aplikasi pencari data. Tapi produsen obat dan rumah sakit untuk rawat inap tetap diperlukan.

Penulis buku tetap perlu tapi jenisnya bisa buku biasa, bisa pula e-book. Jangan bilang buku biasa akan mati, karena "bau"-nya bisa menjadi candu bagi para kutu buku. Selera publik bisa dibentuk oleh pasar, tinggal mengemas promosinya. Siapa yang mengira piringan hitam kembali dicari oleh penggemar musik.

Karya seni atau produk hasil imajinasi lainnya tetap akan berkembang. Penikmat musik meskipun bisa mendapatkan musik dari gawainya, tetap butuh menonton langsung konser dari artis yang dipujanya. Olahragawan seperti pesepak bola profesional tetap akan berkembang. Penggila bola masih banyak yang menyukai menonton langsung di stadion karena atmosfirnya tak tergantikan kalau dinikmati dari gawai apalagi dari memutar rekaman. 

Sepertinya manusia sekarang adalah manusia individualis yang hanya sibuk dengan diri sendiri. Melakukan apa saja cukup dengan gawai. Tapi sebetulnya kebutuhan bersosialisasi, sekaligus untuk unjuk kemampuan, tetap perlu. Hanya forumnya berada di dunia maya melalui media sosial. Namun akhirnya tentu perlu kopi darat juga. Maka travelling jadi mode. Reuni dipersering frekuensinya. Karena sering bepergian, obyek wisata dan hotel pun bermunculan bahkan sampai ke kota kecamatan. Bisnis oleh-oleh tumbuh subur. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun