Jelaslah dalam berkarir sebagai orang kantoran di negara kita, indeks prestasi yang tinggi di bangku kuliah diperlukan hanya untuk memenuhi salah satu persyaratan saat seleksi penerimaan pegawai. Setelah itu, kreativitaslah yang lebih diperlukan, yang antara lain ditunjukkan dalam keberanian menyampaikan pendapat.Â
Namun karena kita adalah bangsa yang penuh tata krama, maka pendapat tersebut tetap dikemukan secara santun, tidak terkesan sombong atau tidak terkesan menentang atasan atau rekan kerja lain. Citra sebagai bawahan yang patuh, loyal dan njawani,perlu dibentuk agar disukai atasan. Patuh yang tidak pasif, dengan berani berbicara di forum rapat yang sifatnya mendukung dan menyempurnakan arahan dari atas.
Tapi ada kabar gembira bagi yang merasa kurang nyaman dengan tata krama birokrasi. Dengan mulai bertumbuhnya perusahaan start up(rintisan), yang akhirnya jadi perusahaan raksasa, seperti Go Jek, Traveloka, Tokopedia, Bukalapak, dan sebagainya, yang lebih egaliter, telah terlihat arah budaya kerja ke depan, yang murni lebih mengemukakan faktor kreativitas dan meminimalkan soal tata krama yang  kaku dalam hubungan atasan-bawahan.
Budaya egaliter tersebut, perlahan tapi pasti, mulai memasuki kantor-kantor perusahaan yang telah lama berdiri, seiring dengan makin banyaknya pegawai lama yang pensiun, dan digantikan oleh generasi milenial yang membawa budaya kerja baru.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H