Kampung Jodipan dan Kampung Kesatrian adalah dua kampung yang dipisahkan oleh Kali Brantas, dan termasuk kampung yang kumuh di Kota Malang. Tapi itu dulu. Sekarang berbeda sekali, karena rumah-rumah di kampung tersebut semuanya di cat dengan aneka warna yang mencolok.
Adalah sekelompok mahasiswa Universitas Muhammadiyah Malang yang awalnya berinisiatif memperbaiki kondisi kebersihan dan kesehatan di kampung kumuh tersebut. Saat itu tidak terbayangkan kalau akhirnya bisa menjadi obyek wisata, karena tujuan utamanya adalah merubah perilaku warga agar tidak membuang sampah dan membuang hajat di kali. Dengan membuat kampung bersih dan menarik diharapkan perilaku warga berubah.
Ide tersebut akhirnya terwujud karena dibantu oleh banyak pihak antara lain pemda setempat, tentara, produsen cat, dan juga warga di kampung itu sendiri. Lalu ketika akhirnya banyak pengunjung tertarik melihat dari dekat dengan menyusuri lorong di kampung tersebut, warga malu untuk membuang sampah di kali.
Apalagi begitu foto-foto kampung dengan rumah aneka warna ini muncul di media sosial, akhirnya predikat obyek wisata disematkan ke kampung tersebut. Bahkan tidak sedikit wisatawan asing yang berkunjung. Warga juga mendapat keuntungan dari hasil penjualan makanan dan minuman, biaya parkir, dan juga dari pungutan uang kebersihan Rp 2.000 bagi pengunjung yang menyusuri lorong. Adapun pengunjung yang sekadar selfie dari trotoar di atas perkampungan tersebut, bisa gratis.
Meskipun demikian, problem sanitasi belum sepenuhnya terpecahkan, mengingat tidak semua rumah punya toilet. Ada memang MCK umum, tapi tidak memadai. Semoga ada instansi, perusahaan, atau lembaga swadaya masyarakat yang mau terjun mengatasinya.
Soal lain adalah menyangkut status kepemilikan rumah-rumah di kampung tersebut karena berdiri di atas tanah negara. Terbetik kabar, warga akan direlokasi ke rusun yang disiapkan pemda. Tapi dengan statusnya sebagai obyek wisata, Walikota Malang malah akan mengembangkan lagi, antara lain dengan membuat jembatan yang menghubungkan ke dua kampung. Dananya akan diusahakan dari Corporate Social Responsibilities (CSR) dan juga dari Pemda.
Sungguh tepat kalau obyek wisata tersebut dikembangkan secara serius. Di tengah menjamurnya obyek wisata dengan biaya yang mahal di Kota Batu (tetangganya Malang), yang dimiliki perusahaan bermodal besar, kehadiran obyek yang amat murah yang melibatkan masyarakat bawah, jelas diperlukan. Dengan demikian, kesan bahwa berwisata hanya identik dengan gaya hidup kalangan tertentu saja, terbantahkan.
Catatan lain, area parkir di kawasan yang sekarang disebut Kampung Warna tersebut, perlu diperluas. Kondisi sekarang amat tidak memadai, karena ada jejeran pedagang bola, sepatu olahraga dan gitar di pinggir jalan raya di atas kampung. Di lain pihak, banyak pengunjung yang tadinya sekadar lewat saja, akhirnya terpaksa mencari tempat parkir karena tergoda buat mengambil foto.
Pembaca, berikut beberapa foto dari dokumen pribadi, yang menggambarkan keindahan Kampung Warna, Malang, Jawa Timur.
[caption caption="Warna warni (dokpri)"][/caption]
[caption caption="Dibelah kali (dokpri)"]
[caption caption="Selfie (dokpri)"]
[caption caption="Pedagang di pinggir Kampung Warna (dokpri)"]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H