Mohon tunggu...
Irwan Rinaldi Sikumbang
Irwan Rinaldi Sikumbang Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

menulis untuk menikmati kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Ke Kondangan Sekalian Jalan-jalan

4 Oktober 2016   13:10 Diperbarui: 4 Oktober 2016   13:32 184
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Inilah suasana kosmopolitan yang saya lihat di Karawaci, Cikarang, Serpong, Bintaro, dan sebagainya. Jalan yang lebar dan hijau. Rumah dan apartemen mewah yang di antaranya banyak pula dihuni ekspatriat. Di belakangnya ada komplek perumahan sederhana, dan lebih belakang lagi ada perkampungan biasa yang kurang teratur.

Menarik pula melihat ruas jalan tol atau jalan layang yang tiba-tiba muncul, bila sudah beberapa tahun tidak pernah ke sana. Jalan tol layang sepanjang Kali Malang, Bekasi, yang dulu terbengkalai, sekarang hampir selesai.

Tentu juga tak terhindarkan lagi, terjadi penambahan jumlah mal dan hotel di pinggir kota. Belum lagi mini market dan kantor bank yang gampang ditemui, bahkan berderet-deret di suatu lokasi. Namun menarik pula bahwa pasar kampung tradisional tetap eksis dengan segala asesorisnya.

Jangan pikir tidak ada kemacetan seperti di pusat kota. Justru di pinggiran, terutama di hari libur, kemacetan juga menjalar ke sana. Tapi karena niat saya sekalian jalan-jalan, ya hal tersebut dinikmati saja, bahkan punya kesempatan untuk menyigi apa yang ada lebih lama.

Nah, adapun tentang suasana resepsi pernikahan gaya rumahan, sebetulnya polanya juga mengacu pada gaya di gedung pertemuan. Kita akan melihat panitia berbaju seragam, mulai dari meja penerima tamu sampai yang mengatur jabat tangan di pelaminan.

Tentu para tamu harus mengisi buku tamu terlebih dahulu, dan memasukkan amplop di tempat amplop, lalu menerima cendera mata. Ini kan gaya yang sama dengan di tempat elit. Hanya tidak ada event organizer, tapi segala sesuatu dilakukan secara guyub, sehingga para tetangga yang punya hajat, satpam kampung dan pak RT setempat ikut terlibat.

Penyajian makanan juga ditata secara apik. Ada makanan utama, ada pula gubuk-gubuk aneka makanan ringan, persis gaya resepsi di tempat mewah. Hanya soal kenyamanan yang berbeda. Para undangan harus berdesakan di bawah tenda besar yang menutupi areal enam rumah di sisi dan di seberang rumah yang punya hajat, termasuk gang atau jalanan depan rumah. 

Ruang parkir tamu juga suatu masalah lain yang harus dinikmati dengan sabar. Biasanya panitia telah mengarahkan untuk parkir di tempat yang telah disiapkan di sekolahan atau masjid terdekat. Pengertian "terdekat" ini bisa puluhan sampai lebih dari seratus meter.

Bagaimanapun juga, tata cara resepsi pernikahan, meski dilakukan di rumah, dan pakai adat dari suku tertentu, sudah semakin ringkas saja. Hal ini mengikuti kelaziman resepsi di gedung atau hotel, yang ruangannya disewa untuk beberapa jam saja. Tapi tentu durasi resepsi di rumah lebih fleksibel, bisa menerima tamu sampai sore.

Berikut beberapa foto dokumen pribadi saya di saat kondangan yang dimanfaatkan sekalian untuk jalan-jalan.

"Kota Mandiri yang hijau/dok pribadi"
"Kota Mandiri yang hijau/dok pribadi"
"Kapling untuk perluasan komplek perumahan / dokpribadi"
"Kapling untuk perluasan komplek perumahan / dokpribadi"
"Tamu resepsi / dok pribadi"
"Tamu resepsi / dok pribadi"
"Pasar Kemis, Tangerang / dok pribadi"
"Pasar Kemis, Tangerang / dok pribadi"
"Kali Malang / dok pribadi"
"Kali Malang / dok pribadi"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun